Pendeta Ronny Mandang MTh Namanya Injili harus Memberitakan Injil
PGLII tempat berkumpul untuk memberitakan injil. Dengan tujuan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga membela teologia injili, membangun serta mendorong anggota untuk memberitakan injil dan menjadi mitra pemerintah.
Banyak orang yang dipakai Tuhan awalnya melalui jalan yang berliku dan terjal malah mungkin dianggap sampah karena perbuatannya. Tentu lekat dalam ingatan seperti rasul Paulus adalah salah satu murid Tuhan yang awalnya justru sangat membenci Tuhan bahkan membunuhi murid-muridnya, selain itu Agustinus pemuka agama Katholik yang kala mudanya penuh dengan gelimang dosa namun akhirnya Tuhan panggil menjadi pelayannya. Masih banyak lagi orang-orang semacam itu. Dan termasuk di dalamnya pendeta Ronny Mandangpun memiliki kisah kelam yang hidupnya jauh dari perkenanan Tuhan.
Kalau akhirnya melalui sebuah kebaktian yang diadakan di lingkungannya daerah Matraman kala itu lalu Tuhan menjamah hingga membuat pria Kawanua ini bertobat lalu memberikan hidupnya dipakai Tuhan sebagai alatNya itu benar-benar tak disangkanya. “Saya ini anak tentara biarpun Kristen tetapi jauh dari Tuhan memang ibadah tetap jalan tetpi ibadah tujuannya hanya sekedar pamer baju malah tak jarang mengutil uang persembahan”, terang pendeta yang baru saja terpilih menjadi ketua Umum Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) dalam Munas yang diadakan di Banten menggantikan pendeta Nus Remas itu.
Ditemui di kantor gerejanya GKRI Karmel kawasan ruko ITC Permata Hijau, Ronny dengan ramah menyambut GAHARU. “Tunggu bentar ya ini baru ada tamu”, sapanya sembari berjalan mendekat. Tak perlu menunggu lama pak Ronny yang memiliki perawakan tinggi besar ini kembali mendekat lalu mempersilahkan kami masuk ke ruangan yang sekaligus sebagai ruang kerjanya. Tak lama perbincangan hangatpun terus mengalir.
Diawali dengan kisah hidupnya seperti dalam nyanyian Bell Geddes band dalam lagunya siner save by grace artinya saya ini orang berdosa, seperti juga rasul Paulus demikian juga dengan dirinya bahwa hidupnyapun penuh dosa. Ronnyu yang dibesarkan sebagai anak tentara membuatnya mendapatkan kemudahan-kemudahan, apalagi sebagai anak Menteng kala itu sangat mudah baginya mau mengkomsumsi baik rokok, minuman keras sekaligus obat-obatan terlarang. Kalau orang lain kesulitan dia begitu mudah beli karena teman-temanya banyak punya apotik tak heran di lemarinya tersimpan berbagai obat apapun kala itu.
Sekalipun nge-gang tetapi tetap ke gereja, malah banyak mengajak teman-teman yang bukan Kristen. Sekalipun memang ke gereja tujuannya mendapatkan uang yang diambil dari uang kolekte. Dari situlah kalau banyak teman-temannya juga yang selalu bertanya kapan ke gereja lagi bukan karena tertarik kotbahnya tetapi karena bisa mengambil uang persembahan serta jemaat yang wangi dengan pakaian layaknya fashion show. Namun demikian ada juga teman-temannya yang tertarik akan pujian dari gereja. Tak jarang ketika ngumpul lalu bernyanyi-nyanyi salah satu nyanyian lagu-lagu gereja. “Kata temanku itu lagunya enak-anak”, saksinya tersenyum lebar.
Kehidupan era itu memang masih dipenuhi kelompok-kelompok tertentu yang disebut geng, makanya sebagai anak muda kalau ngga bergabung dengan geng dinggap kurang keren. Sesuai tempat tinggalnya dia bergabung dengan gang Menteng. Memang kala itu ada beberapa geng seperti geng Sarinah Tanah Abang, Gang Menteng, Geng Halim, gang Matraman namun ada salah satu geng yang kalau itu muncul tak ada yang berani yakni geng Tanjung Priuk.
Kehidupan di lingkup geng makin menjadi ketika rumahnya di jalan Jawa Menteng di jual lalu pindah ke Matraman dalam. Di tempat baru itu baginya tak perlu beradaptasi, karena di depan rumahnya tempat anak-anak nongkrong hingga bergabunglah ditempat tersebut dan kebiasaan begadang, rokok, minum keras dan juga ngobat pun berlanjut.
Leave a Reply