p3Raker-II Pewarna (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia) yang diadakan di Wisma Kinasih Depok, Jawa Barat 14-16/05/2015 dimulai dengan ibadah Kristiani yang dipimpin oleh Pdt. Yerry Tawalujan. Ia mendasari khotbahnya dari Kisah Para Rasul 1:4-11 mengenai Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Ada tiga hal utama yang ditinggalkan-Nya kepada para murid untuk disebarkan kepada umat di penjuru dunia. “Pertama, Tuhan ingin kita mengerti janjiNya, yaitu bahwa Dia memberikan pertolongan yang tidak berkesudahan dan terus menerus. Kedua, Berfokus pada Tuhan, fokus pada janji-Nya. Dan yang ketiga, Tuhan ingin supaya kita menjadi jemaat yang kuat dan tidak cengeng, menjadi saksi Tuhan,” serunya.

Yerry berharap anggota Pewarna sebagai pekerjanya Tuhan di bidang media dapat mewartakan dan menjadi saksi Tuhan dan dengan berani untuk menghadapi tantangan pekerjaan sebagai ‘kuli tinta’ dengan jalan mengandalkan Tuhan.

Setelah ibadah selesai, Penasehat Pewarna yaitu Jahmada Girsang membuka Raker II Pewarna. “Dengan ini secara resmi saya buka Pembekalan dan Rapat Kerja II Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia,” seru Jahmada, Lawyer yang berkantor di lingkungan istana ini seraya mengetukkan jarinya ke microphone sebagai tanda simbolis dibukanya acara dan disambut standing applause oleh seluruh peserta Raker.

Dalam sambutannya, Jahmada sempat membahas mengenai kata “Nasrani” di dalam nama Pewarna, yang menurutnya kurang pas. Ia merekomendasikan untuk memakai kata “Kristen”. Selain itu Jahmada berharap bahwa Pewarna ke depan akan bisa lebih mewarnai dunia jurnalisme, bukan hanya untuk di dalam dunia Kristiani saja namun juga untuk masyarakat luas. “Saya sangat berharap Pewarna dapat membuat warna tersendiri dan anggotanya bukan hanya bertambah banyak, tetapi bertambah juga mutunya, demikian yang pastinya kita semua harapkan bersama,” katanya.

Dalam Raker yang bertemakan “Pewarta Kebenaran dalam Perspektif Jurnalis Nasrani”, Pewarna Indonesia mengajak para anggota untuk memahami dan mendapatkan pengertian lebih mendalam mengenai kebenaran yang sejati sebagai para pewarta Nasrani.

Selain Pdt. Yerry Tawalujan dan Jahmada Girsang, dijadwalkan juga pembicara lain yakni: Ketua PIKI, Bakti Nendra Prawiro, Politisi muda PDIP yang juga anggota DPR Maruarar Sirait, Ekonom Indonesia Dr John Palinggi, Dr Marthen Napang, Marinus Gea, pengacara Tommy Sihotang dan juga Pdt. John Weol.

Pembekalan dan Rapat Kerja yang berlangsung selama tiga hari ini dimulai dari hari Kamis 14 sampai Sabtu 16 April 2015. Hadir para anggota yang berasal dari ragam media yaitu Gaharu, Jawaban.com, Fresh, Suara HKBP, RPK FM, Dialog, Tabloidpodium.com, Majalah Inspirasi, Spektrum, Tiberias.co, Harian SIB, Hoki News, Suara Bangsa, Suara Kristen, Reformata, Warta Nusantara, Pelita Kota, Gloria, Obor Pentakosta, Soara Batak, HMM Radio dan lainnya.

Di hari pertama pada sesi pembekalan, salah satu pengacara ternama di Indonesia, Tommy Sihotang senada dengan Pdt. Yerry Tawalujan di mana Insan Pers Kristiani harus bekerja bernafaskan Amanat Agung Yesus Kristus. Jika hal itu tidak dilakukan, menurutnya semua hal yang dikerjakan akan terasa sia-sia dan Pewarna sama sekali tidak memiliki nilai lebih di bidang jurnalistik.

“Coba di AD/ART Pewarna Indonesia, basisnya harus terkait dengan amanat agung Yesus Kristus yaitu beritakanlah injil, baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Harusnya gerak langkah kita jangan jauh-jauh dari situ. Kalau tidak, jangan sebut kita Pers Kristen,” tegasnya.

Pakar Hukum yang biasa menangangi kasus-kasus besar ini meminta agar Pewarna mau untuk menjadi  saksi di setiap tempat. “Kita harus sadar kita anak Tuhan yang punya kewajiban untuk memberitakan amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Kalau tidak ya sia-sia. Segala sesuatunya harus bersumber dari Yesus, dan untuk kemuliaan-Nya. Kalau tidak gelap beritamu,” tandasnya disambut tawa oleh setiap peserta yang hadir.

Selain itu, Tommy Sihotang memandang bahwa saat ini dunia pers di Indonesia perlu menegakkan kembali Kode Etik Jurnalistik (KEJ) karena makin banyak wartawan yang tidak memakai KEJ sebagai salah satu landasan dalam menjalani pekerjaan jurnalistik.

“Insan Pers harus betul-betul memahami dan menerapkan Kode Etik Jurnalistik. Jangan sampai mengharapkan sebuah Hak Jawab dari setiap narasumber dalam sebuah kasus. Ingat, Hak jawab itu tidak akan memulihkan citra orang yang sudah rusak. Pakailah etika sesuai dengan yang berlaku di profesi anda. Sama dengan wartawan, pengacara pun ada kode etiknya. Kalau tidak menggunakan kode etik, gelap gulita jadinya. Untuk itu, kode etik harus ditegakkan kembali,” tegasnya.

Pendiri Partai Kristen Demokrat ini melihat bahwa faktanya dunia Pers di Indonesia acapkali kebablasan. Bahkan dirinya menyitir sebuah pernyataan bahwa di muka bumi ini hanya Jurnalis Indonesia yang paling bebas sebebas-bebasnya. Tommy pun meminta agar para anggota Pewarna Indonesia mau tampil berbeda dengan mengikuti setiap kaidah jurnalisme dan KEJ. “Pers Kristiani mestinya punya nilai lebih dibanding pers yang lain. Karena kalau tidak ada bedanya, untuk apa pakai nama Nasrani. Pewarna harus mau tampil beda. Terutama kembali dan menegakkan KEJ,” tegasnya.

Sang pengacara kondang ini menyudahi pembicaraannya dengan harapan agar setiap orang di segala profesi bersedia dan rela untuk mengaitkan seluruh kehidupannya dengan Amanat Agung Kristus. “Harapan saya, mari apa saja yang kita kerjakan harus dikaitkan dengan amanat agung Tuhan. kalau tidak percuma kita bekerja,” tutupnya.

Sementara itu Ketua Umum Pewarna, Yusuf Mujiono menyampaikan terima kasih kepada pemilik Wisma Kinasih, Bakti Nendra Prawiro atas apresiasinya dalam menyediakan tempat dan akomodasi. P1Selain itu Yusuf juga menjabarkan kembali alasan pemilihan kata “Nasrani” yang dipakai Pewarna. “Pewarna ini hadir supaya semua pribadi yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan, apapun alirannya dapat bergabung. Karena di Katolik sendiri sudah ada wadah persnya, atau juga ada Persatuan Wartawan Media Kristen Indonesia, nah Pewarna ini konsepnya bisa lebih meluas dari mereka, meskipun itu sebutan agak kuno (Nasrani) namun intinya kita tidak ingin menimbulkan kelompok sana kelompok sini,” tambah Yusuf.

Ada beberapa poin penting yang dihasilkan dari raker kali ini seperti: advokasi bagi anggota pewarna, Yudisial Review untuk 14 pasal KUHP yang sering diterapkan kepada wartawan yang dianggap melanggar hukum, Pewarna dalam fungsi kontrolnya akan bekerja sama dengan BNN mengenai Narkoba dan sosialisasinya, mengadakan pelatihan-pelatihan Jurnalistik ke gereja-gereja, sekolah-sekolah dan yayasan-yayasan Kristen, serta rencana pelebaran sayap dengan membuka DPD di seluruh Indonesia. (AJWS)

Komentar Facebook
http://warningtime.com/wp-content/uploads/2015/11/p3-1024x622.jpghttp://warningtime.com/wp-content/uploads/2015/11/p3-150x150.jpgadminwarningtimeFokusRaker-II Pewarna (Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia) yang diadakan di Wisma Kinasih Depok, Jawa Barat 14-16/05/2015 dimulai dengan ibadah Kristiani yang dipimpin oleh Pdt. Yerry Tawalujan. Ia mendasari khotbahnya dari Kisah Para Rasul 1:4-11 mengenai Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Ada tiga hal utama yang ditinggalkan-Nya kepada para murid untuk...Mengungkap Kebenaran