Pimpinan PGLII (duduk): Foto bersama dengan wartawan kristiani
Pimpinan PGLII (duduk): Foto bersama dengan wartawan kristiani

Jakarta – PGLII sudah lama berfikir untuk membangun kerjasama erat dan sinergitas antara gereja, lembaga, STT dengan media (kristiani). Karena itu ke depan kami mendorong hubungan yang lebih erat lagi dalam memajukan misi Injili di Indonesia. Demikian diungkapkan Pendeta Dr Ronny Mandang yang juga Ketua Umum PGLLI ketika bertemu dengan wartawan Kristen di Restoran Rarampa, kawasan Kebayoran Selasa (23/2).

Pdt Ronny Mandang yang didampingi Pdt Freddy Soenyoto (Sekum), Deddy Madong, SH (ketua III) dan Pdt Freddy Situmorang (infokom) sampai mengutip ucapan Rupert Murdoch (raja media asal Australia) yang mengatakan “siapa menguasai media maka dia yang kelak menguasai dunia.” Dalam konteks itu kata Ronny Mandang, maka penting kerjasama erat antara PGLII dan media terutama dalam memajukan misi penginjilan di dunia.

Ada contoh lain, lanjut Ronny Mandang menjelaskan bagaimana posisi media itu penting. Tokoh Agus Salim saat melakukan kritik keras kepada Ir Soekarno yang menyindir nasionalisme yang dinilai pro Barat. Agus Salim menulis kritikannya di media Asia Barat. Kemudian oleh Bung Karno tidak mau kalah menulis jawaban di media lain, yang menjawab sekaligus menjelaskan nasionalisme yang dibangunnya.

“Soekarno berhasil menjelaskan nasionalisme yang dikiritik dan dia memenangkan “pertempuran” ide lewat media tersebut,” urai Pendeta yang melayani di GKRI Diaspora ini menyinggung pentingnya peran media. Saat pergerakan 1928 memang nasioanlisme menurut Soekarno adalah nasionalisme berbudaya dan local wisdom.
Lebih jauh Ronny Mandang melontarkan gagasan perlu ada pertemuan akbar antara gereja dan wartawan ke depan. “Ya kita nanti bikin acara akbar itu dan bila perlu kita moderator. Nanati wartawan yang jadi pembicara dan menjadi narasumber,” tantangnya.
Menurutnya, dulu media memang cenderung transaksional, dagang sapi dan sektarian tetapi ke depan media harus bisa menjawab dan mengatakan kebenaran. “Saya sangat merindukan proses gereja, lembaga, STT dan media untuk bersinergi lebih baik dalam mencari kebenaran dan injili,” harapnya.

Setahun Kinerja PGLII

Pada kesempatan itu, Pdt Freddy Soenyoto selaku Sekretaris Umum PGLII menjelaskan apa saja yang telah dikerjakan dibawah kepemimpinan Ronny Mandang dan dirinya selama kurang setahun bertugas. Menurutnya yang terakhir bulan lalu, empat delegasi PGLII ( Ronny Mandang, Frddy Soenyoto, Nus Reimas dan Bambang Widjaja) telah mengikuti training yang diadakan WEA bekerjasama dengan Bill Graham Training Center dan International Evangelical Association di Saphire Ashville, Noth Carolina Amerika Serikat.

“Kita di sana diperkenalkan metode terbaru dalam penginjilan. Nanti kita akan ajarkan ke seluruh sinode gereja di bawah PGLII,” jelas Freddy Soenyoto tentang hasil kunjungannya dari Amerika Serikat.
Selain itu, PGLI juga aktif di FUKRI bersama aras gereja lainnya, turut membicarakan tentang masalah bangsa dan gereja. Pertemuan terakhir berlangsung di Gereja Ortodoks dan pembicara dari PGLII.

Sekum PGLII juga menjelaskan sikap PGLII dalam menyikapi Tolikora, Papua. Telah mengadakan investigasi lengkap dan menyeluruh dan memberikan pernyatakan sikap serta bertemu dengan Presiden Jokowi. Peristiwa Aceh Singkil PGLII juga sudah menanggapi dengan baik.

“Jadi tidak benar kalau PGLII kurang perhatian dengan kasus Singkil. Sebelum terjadi ada laporan dari gereja Singkil ke kami, dan kami langsung kontak ke Dirjen Odita. Sat itu langsung kirim radiogram ke bimas Sumut,” jelas Freddy menjawab wartawan yang mempertanyakan PGLII kurang memberi perhatian kepada peristiwa Singkil. “Jadi tindakan bersama dengan PGI karena itu apa yang disampaikan PGI itu sikap kami juga,” imbuhnya menjelaskan.

Ditambahkan Freddy, PGLII telah bersikap tegas terhadap hukuman mati dan LGBT. Terhadap hukuman mati PGLII telah mendukung dengan mempertimbangkan teologis dan kenegaraan. Demikian juga terhadap LGBT, PGLII menolak legalisasi LGBT karena selain bertentangan dengan firman juga bertentangan dengan UU yang berlaku.

Menarik sikap PGLII tentang Perber yang selama ini dituntut dihapus, seperti dijelaskan Deddy Madong, SH yang juga ketua III PGLII bahwa pihaknya lebih memilih opsi berbeda dengan meminta agar menggantinya dengan Peraturan Presiden (Perpres). PGLII juga tidak setuju jika dibawa ke produk hukum yang lebih tinggi seperti RUU Perlindungan Umat Beragama.

“Kami PGLLI dengan kajian hukum mendalam dan melihat kondisi bangsa sekarang berpendapat lebih baik Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres. Dengan syarat Perpres nanti tidak boleh copy paste dari Perber. Sebab ketentuan izin mendirikan ibadah dengan syarat 60-90 anggota sudah tidak relevan lagi,” tegas Deddy Madong

“Sekali lagi Presiden sebaiknya menerbitkan Perpres baru. Itu lebih baik dan kami siap berbeda pendapat dengan aras lain soal sikap ini,” pungkas Deddy Madong seraya berjanji dalam pertemuan lain waktu akan membeberkan alasan mengapa PGLII mengusulkan Perpres itu.

 

Komentar Facebook
http://warningtime.com/wp-content/uploads/2016/02/pglii.jpghttp://warningtime.com/wp-content/uploads/2016/02/pglii-150x150.jpgadminwarningtimeFokusJakarta - PGLII sudah lama berfikir untuk membangun kerjasama erat dan sinergitas antara gereja, lembaga, STT dengan media (kristiani). Karena itu ke depan kami mendorong hubungan yang lebih erat lagi dalam memajukan misi Injili di Indonesia. Demikian diungkapkan Pendeta Dr Ronny Mandang yang juga Ketua Umum PGLLI ketika bertemu...Mengungkap Kebenaran