Pdt Budi Setiawan : Waspadai Pendeta Ekstrim Dalam pelayanan
Membaca data yang tersebar dimedia sosial tentang beberapa perilaku pendeta yang katakan menyimpang ada perokok, peminum, narkoba, judi selingkuh hingga perceraian memang sempat mengejutkan. Gereja yang ada di Indonesia sekitar enam ratusan ribu belum lagi jumlah pendetanya tentu menimbulkan pertanyaan besar dengan prosentasi yang ada. Untuk mengkonfirnasikan perihal penemuan indikasi pendeta menyimpan pendeta Budi Setiawan gembala jemaat GSJA Kelapa Gading dan juga salah satu ketua Persekutuan Gereja Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) memaparkan bahwa dengan data itu sekalipun meragukan tetapi memang ada pendeta-pendeta yang menyimpang dalam tanda kutif. Seperti merokok bagi pendeta kalangan Kharismatik Pantekosta ada larangan keras, jadi samplingnya darimana itu data di ambil, kemudian mengenai peminum itu juga masih tanda tanya besar. Kemudian katakan 8% tersangkut narkoba kalau dihitung dari jumlah pendeta itu sudah sangat fantatis. Kecuali yang tiga belas kasus terlibat narkoba itu sangat mungkin. Karena kalau data tentang pemakai sangat mungkin bisa dilihat dri kasus-ksus yang ditangani pihak kepolisian.
Tentang kasus perselingkuhan dan perceraian kalangan pendeta itu memang terjadi apalagi selingkuh pasti lebih banyak lagi. “Namanya selingkuh siapa yang tahu,” tandasnya tersenyum. Kemudian tentang bandar judi kemungkinan juga ada. Kembali kepada kasus perselingkuhan di kalangan pendeta di era ini banyak yang disebabkan dengan tehnologi online yang begitu banyak, bayangkan saja ketika membuka you tube apa saja satu diantaranya pasti ada gambar pornografi jadi memang susah sekali untuk memberntas pornografi. Disisi lain banyak juga perempuan yang semakin berani dalam menyatakan keinginan untuk mengajak selingkuh. Belum lagi faktor pendeta yang seringkali menjadi idola wnita entah itu kharisma atau sifatnya yang seringkali terlihat kebapaan. Di gereja GSJA kalau mendapati pendetanya sudah melakukan perselingkuhan pasti dikenakan saksi dikeluarkan apalagi kalau sudah masuk ranah pengadilan dengan gugatan perceraian.
Perceraian bagi pendeta di Amerika di kalangan GSJA ini berbeda dengan di Indonesia dari tiga delapan ribuan ada 10% yang bercerai dan ini masih bisa melayani, selama tidak meninggalkan persoalan.
Perlakukan Pendeta Sebagai Manusia
Fenomena bagimana seorng pendeta bis terjtuih dalam persoalan, menurut Budi bahwa seorang pendeta tetap sebagai manusia, sekalipun pendeta mereka jug butuh dikenali siapa dia perjuangan dia tahap-tahap dalam mengikuti jenjang. Jangan anggap kalau seorang pendeta tekun dalam berdoa-berdoa tidak dijamin juga kalau tidak melakukan kesalahan. Makanya jemaat tetap harus mengingatkan. Dn justru kita harus waspada kepada pendeta yang dalam pelayanan sangat ekstrim, sangking ekstrimnya tidak bis ditanya. Dan ini susah diokontrol karena biasanya ada sesuatu di dalamnya. Siapapun tidak boleh tahu ap yang dikerjakan karena bis saja sedang melakukan narkoba dan unsur-unsur yang lain kecuali narkoba itu bisa dilihat secara fisiknya.
Dengan beberapa kejadian yang menimpa dengan hamba Tuhan harusnya di setiap organasisasi ada badan konseling, di mana pendeta yang sedng menghada[i persoalan bisa dtang. Karena bagi pendeta tidak akan mungkin datang kepada jemaatnya. Jadi pengangan itu harus ada. dan kenyataannya agak jarang di organissi ada penanganan seperti itu. Seperti dio GSJ sendiri belum ada dan ini yang perlu dipikirkan. Nantinya akan diplotkan orang-orang yang bisa ditemptkan melalui jalur pendidikan khusus untuk konseling yang lebih di banding pendeta.
Jadi ke depan organisasi hrus memeliki pegngan dengan memakai teori yang paten bukan saja hanya alkitab tetapi harus diperlengkapi dengan pengetahuan-pengetahuan lain.
Leave a Reply