Meme
Kalau setiap waktu ada zamannya. Maka setiap zaman ada eranya. Zaman media sosial dengan dominasi sistem Android dan Ios mengusai dunia, memiliki ciri khas peradaban dalam menyampaikan kritik.
Pada era sebelumnya menyampaikan kritik kepada penguasa maupun musuh biasanya lewat jalur demonstrasi yaitu turun langsung ke lapangan dengan cara berorasi.
Berbeda dengan sekarang, demonstrasi bukan hal yang utama lagi. Kreatifitas dan IT merubah cara menyampaikan aspirasi atau mengkritik pemerintah. Sekarang meme merupakan cara terpopuler untuk mengritik penguasa, oposisi atau publik figur lainnya.
Maka di dunia media sosial bertaburan meme yang menyerang yang kadang tanpa pandang bulu. Mulai dari yang memuji maupun mengkritik secara kasar maupun sopan.
Bicara kata ini, ternyata meme merupakan kata serapan, yang dalam KBBI juga belum dimasukkan. Arti meme secara harafiah adalah kartun atau animasi yang menunjukkan ekspresi pembuat ragecomic tersebut. Regecomic sendiri diartikan sebagai komik strip yang isinya pengalaman-pengalaman pribadi si pembuat yang mewakili ekspresi dari pengalaman pembuatnya.
Meme Jokowi dan Ahok sempat terkenal ketika mencalonkan dan kemudian menang DKI Jakarta. Muncul kartun dua jagoan film yang menyandang senjata lengkap. Si pembuat menerjemahkan bahwa meme ini lebih berharap kedua tokoh ini berani menghabisi korupsi.
Meme lain yang pernah ramai adalah saat Jokowi dibuat berdansa dengan Megawati. Atau kartun saat Prabowo menangis ibarat seperti anak kecil. Juga meme Ahmad Dani yang terkenal yang sedang memegang pisau mengiris alat kelamin.
Dari segi makna pesan meme di atas bisa ditebak dengan mudah. Dari Megawati yang menyetir Jokowi, Prabowo yang dirunding kesedihan ketika kalah pilpres dan Ahmad Dani yang tidak memenuhi nazarnya.
Bagaimanapun meme sudah menjadi trend dunia dewasa ini terutama dalam mengkritik atau membully seseorang. Pemimpin ISIS sendiri tak lepas dari meme sempat beredar di medsos meme dirinya yang memakai gaun pink. Bahkan Obama dan pemimpin dunia lainnya kerap juga dipublis memenya setiap kali mengeluarkan kebijakan yang tidak populer atau merugikan rakyat.
Tiba-tiba saja meme menjadi bahasa simbol perlawanan yang melanda semua dunia. Tak seorang pun rentan dari meme. Pesakitan koruptor seperti Angelina sondakh, Anas Urbaningrum dan tokoh lainnya. Bahkan presiden satu partai pernah populer dengan meme kartun sapinya.
Faktanya meski banyak meme bertaburan di media sosial, bisa dibilang sepanjang masih dalam koridor kreatifitas dan masih sesuai dengan realitas tokoh, maka jarang sekali diajukan ke meja hijau. Barangkali sudah dianggap meme sudah menjadi sesuatu yang lumrah.
Sepanjang era media sosial masih berjaya, dapat dikatakan mustahil orang bisa menghentikan milyaran meme yang bergentayangan di media sosial.
Sepertinya meme sudah menjadi satu bahasa universal dalam menyanjung maupun mengkritik. Keistimewaan dan keunggulan meme seperti terbebas dari ruang dan waktu. Setiap orang bisa mengintipnya lewat jendela HP atau komputer kita.
Gereja juga tidak lepas dari meme. Meme menjadi sarana jemaat mengkritik pendeta. Paling banyak ditemukan meme hamba Tuhan dengan kritik kotbah perpuluhannya.
Bagaimanapun meme mungkin tidak bisa dilawan, paling baik dijadikan sebagai otokritik bagi siapapun yang mengemban kekuasaan. Ketika kekuasaan cenderung disalahgunakan paling tidak kehadiran meme bisa menjadi kontrol atau penyeimbang. Kadang lewat meme sekarang orang bisa juga menertawakan diri sendiri. Barangkali meme sudah menjadi warisan produk kebudayaan abad 21 dunia. Tak dapat disanggah lagi!
Leave a Reply