niksSelaku senior di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Nick Ganz Lalu melihat bahwa sejak tahun 1984, 86 dan saat menjadi pengurus cabang Semarang dan sejak tahun 1990 dari cabang Jayapura menjadi pengurus pusat dengan menjdi korwil 4 PP GMKI yang membawahi wilyah kerja Jateng dan DIY. Kemudian 92-94 wakil sekretaris umum PP GKMI. Kemudian mengenai apakah ada berbedan saat menjadi pengurus GMKI dengan sekarang jelas sangat ada perbedaan. Tak dipungkiri bahwa perbedaan itu memang banyak faktor yang mempengaruhi. Pertama soal motivasi untuk apa ber-GMKI, kalau dirinya saat itu sederhana. Sebagai anak daerah yang datang dari Ternate, Maluku Utara, karena tak ada teman lalu begitu datang ada yang menawarkan formulir masuk GMKI, mau saja. Kenapa, karena Ganz melihat ada Kristennya, maka masuk GMKI ngga neko-neko tujunnya hanya nyari teman saja apalagi yang Kristen.

Kalau hanya sekedar di kampus merasa kurang athome, namun dengan masuk organisasi ini pasti banyak teman dan Kristen. Ternyata setelah masuk yang tadinya hanya sekedar cari teman ternyata banyak yang diperoleh terutama soal kebobotan wawasan, ketrampilan bagaimana memhmi sebuah masalah hanya jangan melihat aspek luarnya saja tetapi harus di gali dari berbagai sisi secara substansi. Bisa dikatakan keuntungan lain dengan berGMKI berdasarkan pengalamannya bisa mempertemukan kepada sejumlah tokoh dari latar belakang yang berbeda. Jadi ketika ditanya apa berbedaan yang paling esensi ber-GMKI yang lalu dengan sekarang persoalan idealisme. Ukuran di GMKI selama sudah menyatakan sebagai anggot GMKI di situ sudah siap untuk berproses.

Selama itu pulalah bagaimana kita menuangkan idealisme dan gagasan kita, dan saat ini sebagai sinior melihat adanya pergeseran, “Saya tidak mengatakan bahwa GMKI sekarang tak memiliki idealisme mksudnya bukan itu,”sanggahnya. Idealismenya ketika itu karena menyangkut segala keterbatasan tetapi dengan kondisi itu tetap melakukan tugas makanya dibutuhkan kreatifitas itulah yang dimaksud idealisme.

Berbeda dengan era sekarang yang serba praktis apalagi dengan era gadget yang serba canggih. Inilah yang dimaksud dengan perbedaan yang ada. Tetapi apapun situasi yang dihadapi GMKI dalam kontek sekarang adalah persolan idealisme jangan sampai hilang jadi harus memuliki identitas. Untuk itu sebagai anggota GMKI era sekarang bagaimana bisa memanfaatkan kemajun iptek sekarang dengan idealisme. Karena itu dia harus tetap memange tehnologi itu, jangan juga seolah-olah kitalah yang dikendalikan tehnologi itu. Tehnologi hanya sebagai sarana krena sekalipun tehnologi itu tak ada GMKI tetap harus ada. Oleh sebab itu sebagai sinior sesulit apapun idealisme itu harus terjaga. Dengan tehnologi harusnya lebih mempermudah pengurus ke depan dalam mensosialisasikan program, perekrutan anggota dan konsolidasi organisasi, artinya kunjungan dearah itu perlu tetapi dengan fasilitas tehnologi ini saja bisa saling berkomunikasi. Tehnologi harus digunakan secara positif dan ini sebenarnya sudah dilakukan oleh teman-teman pengurus sekarang.

Untuk itu siapapun yang terpilih nanti jaga idealisme dan nilai-nilai kekristenan itu tetap harus menjdi pelita dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan GMKI baik gereja, perguruan tinggi dan masyrakat.

Sebagai sinior Nikson melihat bagaiman antusiasme anak-anak muda mahasiswa ini untuk masuk GMKI ini sudah mulai berkurang mungkin saja saat ini sudah banyak pilihan baik ke Perkantas maupun LPMI artinya tak semangat di eranya. tentu ini tugas ketua atau pengurus terpilih bagaimana mampu membuat para mahasiswa ini bisa tertarik msuk ke GMKI , karena itu medan pelayanannya tetap gereja, perguruan tinggi dan masyarakat tetapi strateginya harus berubah. Berdasarkan pengalamannya saat masuk GMKI ada mapel disana diajarkan bagaimana bergereja, berpolitik dan pengetahuan yang lainnya. Namun sekarang ini tidak terlalu soal-soal yang serius padahal ini sngat menentukan. Permasalahannya sekarang kalau langsung bicara hal-hal yang substansial orang ngga tertarik. Untuk itulah kembali ini menjadi tanggung jawab GMKI ke depan bagaimana suapaya seorang pemimpin GMKI ke depan itu kreatif membuat sebuah program yang memiliki daya tarik sehingga menarik anggota baru. Karena bagaimanapun modal sejarah GMKI ini sangat kuat, dan memiliki keakaran yang kuat baik di gereja dan bangsa ini. Selain itu dari GMKI sudah banyak juga melahirkan tokoh-tokoh di bangsa ini yang turut berkontribusi dalam mengisi kemerdekaan ini.

Harapan dalam kongres saat ini Nikson melihat banyak calon yang akan maju baik ketum maupun sekjend. Tetapi menurutnya sebagai ketua umum nantinya harus memiliki kualitas kebangsaan dan keimanan yang cukup memadai. Jadi tak perlu mempertentangkan dari wilayah mana yang terpenting dimna hadir harus menunjukan kualitas kebangsaan dan iman yang harus diwujudkan. Baginya seorang anggota GMKI yang baik adalah seorang warga negara yang baik. Dan dari beberapa calon yang muncul nilai-nilai itu sudah ada pada mereka.

 

Komentar Facebook
http://warningtime.com/wp-content/uploads/2016/07/niks-1024x683.jpghttp://warningtime.com/wp-content/uploads/2016/07/niks-150x150.jpgadminwarningtimeIndonesiaSelaku senior di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Nick Ganz Lalu melihat bahwa sejak tahun 1984, 86 dan saat menjadi pengurus cabang Semarang dan sejak tahun 1990 dari cabang Jayapura menjadi pengurus pusat dengan menjdi korwil 4 PP GMKI yang membawahi wilyah kerja Jateng dan DIY. Kemudian 92-94 wakil...Mengungkap Kebenaran