Gereja Harus Peduli Pendidikan Kristen: Drs. Jopie J.A. Rory, MH
Sukses dirantau itu menjadi impian setiap orang. Salah satunya juga impian dari Jopie J.A Rory ketika meninggalkan Manado ke Jakarta tahun 1992. Bermodal tekad, jujur dan displin, Rory muda memantapkan langkahnya untuk mengadu peruntungan di Ibukota.
“Hanya dengan modal tekad, displin dan jujur ini saya bawa dari Manado hijrah ke Jakarta,” tutur kandidat doctor di Fakultas Hukum Universitas Samratulangi. Jopie Rory sangat percaya dengan janji Tuhan dalam firmanNya. “Jadi pengalaman pendidikan dan pergaulan ditambah dengan etik dan moral dari firman Tuhan, itu yang menjadi modal saya merantau,” beber Jopie mengisahkan kisah awal perantauannya.
Hingga kini lebih kurang dari 24 tahun selama di Jakarta, Jopie mengakui dalam hidupnya banyak dinamika dilalui. Kalau ada prosfek seperti sekarang, dia memiliki standar kehidupan yang lebih baik, mapan menurutnya bukan semata-mata kehebatan dirinya. “Itu semua hanya kekuatan yang saya dapat dari Tuhan,” ujar Sekretaris Majelis Pendidikan (MPK) dua periode ini merendah.
Meski sudah sukses dan mapan, baik di pekerjaan sebagai advokat maupun pengusaha Jopie Rory tidak pernah melupakan pelayanan. Dirinya memilih sebagai majelis di gereja GPIB Sion Tangerang. “Saya menjadi panutua, sempat menjadi ketua pelaksana majelis emaat beberapa waktu tahun 2015 karena saat itu kekosongan pendata,” jelas Jopie yang selalu menyeimbangkan pekerjaan dan pelayanan.
Tidak hanya melayani di gereja, Jopie Rory juga sangat aktif dalam pelayanan social. Bahkan juga aktif di dunia pendidikan. Dirinya sudah dua periode menjadi sekretaris MPK, sejak 2007 dengan periode lima tahunan. “Akhir tahun ini akan Kongres mungkin saya tak bisa ikut lagi,” ungkapnya sembari tersenyum.
Apa yang telah diperoleh Jopie Rury sekarang tentu melalui satu proses panjang ditempa Tuhan. Dia harus menyelesaikan Sarjana Sosialagi dari Unsrat sambil kerja. Saat di Jakarta dia kuliah di Hukum Untag 17 Agustus kemudian kembali ke almamater lama, UNSRAT untuk meraih magister hukum. Saat ini bahkan sedang menyusun disertasi untuk meraih predikat doktor.
Pengalamannya beraneka ragama. Jopie senang melakukan kegiatan sosial dan budaya. Salah satunya aktif membawa misi budaya. “Kami membawa alat musik kulintang menjadi heritage Indonesia. Tahun ini pendaftaran di UNESCO,” tutur Ketua satu dari Persatuan Insan Kolintang Nasional ini. Sebagai pengusaha, dia mendirikan PT Makmur Sentra Lestari dan bersama teman-tamannya mendirikan Yusticia Law khusus untuk pendampingan yang bermasalah hukum.
Melayani Terima Berkat
Dalam pelayanan Jopie mengaku sejak dari dulu sudah tepanggil. Menurutnya antara pelayanan dan berkat itu harus sejalan. “Jangan menunggu dulu berkat baru melayani Tuhan, tidak boleh seperti itu. Harus seiringin,” pesan ayah dari Gabriela Hillary Rory yang kini sekolah SD BPK Penabur Pasar Baru.
“Saya punya visi, diajar orang tua bahwa untuk mencapai sukses dalam kehidupan duiipan itu, salah satunya tuanya lewat pendidikan,” Jopie menjelaskan bagaimana dirinya terjun dan peduli pendidian. “Saya melihat anak bangsa dalam kelompok kecil sukses dalam keluarga karena memaknai hidupnya dengan pendidikan,” jelas pria kelahiran 1 Maret 1962 ini.
Karena itu, kata Jopie Rury, dunia pendidikan sukses bukan semata tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab semua termasuk kita umat Kristian. Untuk menyukseskan orang maka perlu mendapat pendidikan yang layak.
MPK dibawah pengasuhannya sering melakukan kegiatan dalam rangka mendapatkan modul-modul baru dalam rangka pendidikan anak dalam rangka persiapan untuk anak bangsa yang maju. “Pendidikan itu sangat penting. Karena sukses anak bangsa harus dimulai mengutamakan pendidikan dalam kehidupannya,” kata Jopie Rory.
Terjadi Degradasi
Selama Rory aktif di dunia pendidikan, khususnya dunia pendidikan Kristen, kita mau tidak mau, berpotret dari pendidikan sekarang. Menurut pria kelahiran Manado memang sedang terjadi degredasi. Itu terjadi sejak timbulnya pendidkan non frofit yang diserahkan pengelolaannya kepada Yayasan.
Sejak keluarnya UU No 16 berganti menjadi UU No 28 tentang Yayasan, dirinya melihat peran gereja sudah bergeser. Istilahnya kenapa degradasi sekarang karena gereja menyerahkan sepenuhnya ke pengurus Yayasan dalam menyelenggarakan pendidikan Kristen.
Di sisi lain, terjadi dilema dengan diperhadapkan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional yang mewjibkan APBN dan APBD setidaknya 20 persen untuk pendidikan. Kalau dulu sekitar tahun 1980-an gereja menjadi sokoguru dalam duni pendidikan, setelah mumculnya UU ini maka dengan sendirinya, baik tingkat pusat dan kota, penuh dibiayai negara secara otomatis pendidikan maju. Sementara imbasnya pendidikan Kristen tak jarang failit finance atau kesulitan keuangan. Sekolah negeri disuplai dengan biaya anggaran gratis dari pemeritahh bagaiman dengan kita (Pendidikan Kristen)?
Namun beruntung selama ini, pemerintah mengatakan bahwa sangat menghargai sumbangsih pendidikan Kristen. Terjadi degradasi karena terbentur pengelolaan yayasan plus kekurangan dana. Karena itu solusi terbaik, kata Joie Rury, harus didorong agar pendidkan Kristen jangan 100 persen diserahkan ke yayasan, gereja tetap harus dilibatkan.
Pergumulan gereja itu lebih banyak ke internal. Persoalan pendeta dan pelayanan. Harus diingat bahwa masa depan gereja itu ada di pendidikan yang maju. Ini sesuai misi awal para misionaris gereja. Kita kehilangan peran gereja dalam membri kontribusinya untuk pendidian kristen. Bagaimana kita ke depan?
Kenapa kita adakan konsultasi nasional (konas) yang pertama di Batam dan kedua di Surabaya, konsennya adalah bahwa gereja harus kembali ke khitah awal, ya itu balik lagi turut mengurus Pendidikan Kristen. Tantangan lain menurut Rory adalah juga persoalan internal yang tidak kompak sangat mempengaruhi kemajuan pendidikan. Itu menjadi pokok pikiran sekaligus kritik dirinya dalam pendidikan.
Terkait dengan pekerjaannya sebagai advokat, Jopie Rory mengaku hanya menerapkan jurus sederhana. “Saya selalu yakinkan ke klien kami, kalau Anda benar nggak usah takut,” paparnya. Menurut Jopie Rory hukum Indonesia aturannya sudah bagus dan terproteksi, persoalannya sekarang tinggal bicara hati. “Kepada klien saya ceritakan Ini kekurangan dan kelebihan Anda. Saya yakin Anda pasti menang. Saya yakinkan apa yang kami bela kami. Sampai hari ini saya memiliki nilai positif apa yang kami dampangi selalu berhasil. Itu karena Tuhan,” ujar suami tercinta Deny Elisabeth mantap.
Sukses sudah, pelayanan dan pekerjaan seimbang, lalu ada harapan lain dari Jopie Rory. “Sederhana saja, saya hanya ingin menjadi orang tua yang baik. Jangan terlalu bercita-cita tinggi, sederhana saja ya. Menjadi orang tua yang beranggung jawab, menjadi kakak yang bertanggung jawab, dan saudara yang bertanggung jawab,” pungkas anak rohani Pendeta Dr Nus Reimas ini mengakhiri obralan siang itu.
Leave a Reply