bklDENPASAR –  Sebanyak 229 kapal milik anggota Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) telah dikandangkan atau di ikat di dermaga barat pelabuhan Benoa. Langkah tersebut sebagai bentuk protes dari para anggota penyumbang eksport tuna terbesar bagi Indonesia , terhadap pelarangan proses pemindahan muatan dari satu kapal ke kapal lainya ditengah laut (trashipment) oleh kementerian kelautan dan perikanan (KKP).
Sampai  akhir oktober ini, jumlah kapal penangkap tuna yang mogok melaut serangkaian aksi protes ATLI, terhadap PERMEN No.57,diperkirakan akan semakin bertambah. Menyikapi hal tersebut, polsek wilayah benoa pun telah menyiagakan diri dalam menangani ratusan kapal perikanan tangkap yang nantinya akan ditambatkan di pelabuhan Benoa.
Kompol I Nyoman Gatra, SH, MH, selaku Kapolsek KP3 Pelabuhan Benoa mengatakan aksi tersebut merupakan permasalahan serius yang tidak hanya dihadapi oleh para pengusaha perikanan tetapi juga aparat penegak hukum di pelabuhan Benoa. Selain akan memberikan imbas yang negatif pada beberapa sektor perikanan, aksi ini juga berpotensi meningkatkan angka kriminalitas di sekitar pelabuhan akibat bertambahnya jumlah pengangguran. “Hal ini nantinya tidak hanya berdampak pada para pengusaha, pengelola kargo, dan juga UPI (Unit Pengolahan Ikan). Tapi juga para tenaga kerja yang sangat bergantung pada industri ini. Ketika mereka telah kehilangan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan, bukan tidak mungkin aksi kriminal menjadi pilihan mereka,” jelasnya saat ditemui di kantor polsek benoa Rabu (26/10/2016).
Lanjut Gatra, untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya telah berupaya mengoptimalkan setiap personelnya dalam mengamankan pelabuhan dari hal – hal yang tidak diinginkan. Dia mengungkapkan ATLI juga telah melancarkan ancaman untuk menambatkan seluruh kapal perikanan tangkapnya termasuk yang masih berada di lautan jika permintaan mereka tidak dipenuhi hingga akhir November. Jika hal itu sampai terjadi, bisa dipastikan puluhan ribu, ABK akan kehilangan mata pencahariannya. Meski baru memasuki hari ke-25 pasca ditambatkannya 229 kapal penangkap tuna, dampak akibat menganggurnya para ABK ternyata sudah mulai dirasakan. “Belum lama ini, kamipun sudah menerima laporan mengenai kasus ABK yang melakukan pencurian aksesoris dan komponen kapal, pencurian hasil tangkapan ikan, bahkan sudah terjadi perkelahian hingga pengeroyokan antara ABK dan pengurusnya,” jelasnya.
Disamping tingkat kriminalitas, masalah keamanan yang juga diwaspadai oleh Gatra adalah kapasitas pelabuhan yang overload akibat banyaknya kapal yang berlabuh. Sejatinya, kapasitas pelabuhan dalam menampung kapal yang ditambatkan hanya 600 unit. Tetapi jika ada ribuan kapal yang nantinya akan ditambatkan secara berdempet di pelabuhan justru akan sangat berbahaya jika terjadi kesalahan kecil, apalagi sampai menimbulkan kebakaran. Bisa dipastikan kebakaran yang terjadi bisa sangat besar dan juga sulit untuk dipadamkan. Maka dari itu, berbagai aktivitas yang berlangsung di pelabuhan pun kini semakin diperketat.
Berbagai kebijakan pun dilakukan kapolsek, mulai dari patroli rutin hingga pemberlakukan jam malam, “Nasib para ABK ini memang harus diperhatikan. Sampai disini jauh – jauh, tapi tidak ada pekerjaan. Sementara itu kebutuhan untuk makan sehari – hari sudah tidak bisa ditolerir, ya otomatis terjadilah kriminal. Hal ini tentu sangat disayangkan,”(tom’s)
Komentar Facebook
http://warningtime.com/wp-content/uploads/2016/11/bkl.jpghttp://warningtime.com/wp-content/uploads/2016/11/bkl-150x150.jpgadminwarningtimeIndonesiaDENPASAR -  Sebanyak 229 kapal milik anggota Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) telah dikandangkan atau di ikat di dermaga barat pelabuhan Benoa. Langkah tersebut sebagai bentuk protes dari para anggota penyumbang eksport tuna terbesar bagi Indonesia , terhadap pelarangan proses pemindahan muatan dari satu kapal ke kapal lainya ditengah laut...Mengungkap Kebenaran