Mengenal Dekat PEWARNA Indonesia Setelah Empat Tahun Berdiri, Sebuah Catatan
JAKARTA – Tak terasa Persatuan Wartawan Nasrani (PEWARNA) Indonesia sudah memasuki usia genap 4 tahun tepatnya, 24 Mei lalu sebagai ulang tahunnya. Setahun lalu sudah menyelenggarakan Kongres I di Ciwedey Bandung dengan regenerasi pengurus.
Seperti diketahui PEWARNA Indonesia dideklarasikan 24 Mei 2013 di Jakarta Design Center, Slipi, Jakarta Barat. Saat deklarasi saat itu dihadiri Dirjen Kementerian Pemuda Olahraga, Dr. Jonathan L Parapak, Dr Erwin Pohe, Brigjend Purn TNI Harsanto Adi, Chornelius Ronowijoyo dan tamu undangan. Seminar Nasional juga diselenggarakan “Revitalisasi PIKI”.
Tulisan ini sebenarnya berawal, karena ada pertanyaan menggelitik dari teman PEWARNA Indonesia yang mempertanyakan sejarah PEWARNA Indonesia itu sendiri seperti apa? Diakui memang selama ini seolah ada kesimpangsiuran mengenai lahirnya PEWARNA Indonesia dari prasangka negatif hingga yang positif, tergantung dari sudut mana memandangnya.
Bahkan, ada tokoh-tokoh Kristen karena pengaruh pihak tertentu pernah menyebut bahwa PEWARNA Indonesia hadir karena pecah dan barisan sakit hati dari salah satu organisasi yang sudah ada. Benarkah demikian? Semoga tulisan singkat ini bisa memaparkan sekelumit tentang organisasi ini.
Tentu saja, kenapa sampai anggota tidak mengetahui sejarah organisasinya, itu terjadi karena memang ada kelalaian pengurus yang lalu, yang tidak pernah berusaha mendokumentasikan secara resmi ikhwal berdirinya PEWARNA Indonesia.
Mungkin dengan alasan itu, sebagai orang yang pernah terlibat menjadi pengurus dan sedikit mengetahui pendirian PEWARNA Indonesia, penulis mencoba memaparkan sejarah PEWARNA Indonesia, setidaknya berdasarkan pengamatan sendiri.
Tak dapat dipungkuri bahwa kehadiran PEWARNA Indonesia, sebagai organisasi profesi wartawan nasrani (Protestan dan Katolik) tidak ujug-ujug begitu saja muncul.
Ada embrio yang cukup panjang dalam proses kelahirannya. Suka atau tidak suka, faktanya upaya memunculkan organisasi wartawan kristiani/nasrani baru karena terkait alasan organisasi yang sudah ada lebih dulu (PERWAMKI)), alasannya tidak bisa menampung wartawan nasrani karena adanya pembatasan lingkup tertentu, yakni terbatas pada wartawan media Kristen saja.
Sementara di lapangan, faktanya banyak wartawan yang bekerja di media sekuler. Usaha untuk mengambil jalan damai lewat terobosan dengan berjuang dari dalam untuk merubah organisasi yang sudah ada sudah berkali-kali dilakukan, namun tidak pernah berhasil karena para pendirinya kokoh dengan identitas media Kristen yang ditonjolkan.
Akibat terbenturnya tembok tersebut, maka awal-awal sempat lahir Komunitas Wartawan Kristen (KWK) yang diketui Herbert Aritonang. Komunitas ini sempat bertahan kurang lebih dua tahun dan membuat banyak acara seminar. Tujuan komunitas adalah ajang sana kumpul wartawan nasrani dari berbagai media tidak terbatas dari satu organisasi. Di masa komunitas ini, sudah ada semangat dan cita-cita untuk membuat organisasi baru yang bisa menampung semua wartawan nasrani.
Belakangan, upaya ini terus menguat karena memang tidak ada celah lagi untuk bisa berharap mereformasi organisasi yang ada. Apalagi fatalnya lagi beberapa orang wartawan Kristen (media Kristen) mendaftar sudah ditolak. Maka dalam beberapa pertemuan di GAHARU yang melibatkan Yuli Mariana, Yusuf Mujiono, Junyor Nainggolan, Johan Silaban, Herbert Aritonang, Steven Ohy, Christian Butar-butar dan kawan-kawan yang lain, timbul tekad yang sama merasa perlu untuk mendirikan organisasi yang baru. Pertimbangannya adalah organisasi yang sudah ada menutup pintu tadi.
Berlanjut dalam beberapa pertemuan sekitar tahun 2012 dengan Dr Erwin Pohe di kantornya di Tandean bersama Yusuf Mujiono, Junyor Nainggolan dan Yuli Maryana beberapa kali menyampaikan aspirasi kawan-kawan untuk pendirian organisasi baru ini. Rupanya Dr Erwin Pohe juga setuju dan sangat mendukung rencana itu.
Seperti diketahui organisasi wartawan media Kristen yang sudah ada sebelumnya, salah satu penasihat utama adalah Dr Erwin Pohe sendiri. Dengan pertimbangan perlu perluasan kenggotaan dan tidak terkungkung dalam batasan lingkup kecil, Dr Erwin Pohe sangat bersemangat mendukung lahirnya organisasi baru. Ia juga meminta agar dipersiapkan dengan matang dan ia sendiri sudah menyatakan akan siap menfasilitasi pertemuan di salah satu restoran di Jakarta.
Pertemuan ini kemudian ditindaklanjuti dengan ada pertemuan di Restoran Rarampah Blok M Jakarta Selatan. Akhir Desember 2012 dimotori Yusuf Mujiono yang berinisiatif mengumpulkan sebanyak-banyaknya wartawan, saat itu ada 17 orang wartawan untuk bertemu dengan Dr Erwin Pohe bersama Erwin dan Yusuf total 19 orang. Penulis sendiri tidak ikut karena sedang di Medan tetapi mengetahui pertemuan itu dan tetap berkomunikasi. Perlu diketahui bahwa beberapa wartawan yang hadir saat itu misalnya Celes, Denny, Hotben dan Max sejak awal tidak pernah terlibat untuk mendorong berdirinya organisasi baru itu.
Pertemuan Restoran Rarampah kemudian membahas nama organisasi, kemudian memunculkan PEWARNA Indonesia. Juga dibentuk pengurus sementara dengan formasi Yusuf Mujiono Ketua Umum, Victor Ambaria Sekretaris Jenderal dan Bendaraha Umum dipercaya penulis (Junyor Nainggolan).
Karena organiasi baru dibentuk, pembuatan AD/ART sementara diserahkan kepada Victor Ambarita untuk kepengurusan badan hukumnya. Mengingat di dalam akta notaris perlu hadir dicantumkan nama-nama, maka semua yang pertemuan Rarampah 19 orang dimasukkan dengan nama media mereka, ditambah KSB yakni Ketua Umum, Sekjen dan Bendum. Ini yang kemudian seolah diklaim “pendiri” padahal menegok penjelasan di atas banyak yang tidak pernah terlibat karena kehadiran 19 ada dimobilisasi dan ikutan.
Pertemuan Restoran Rarampah boleh dikatakan pertemuan lanjutan dari banyak pertemuan yang sebelumnya. Beberapa pertemuan berikutnya juga dilakukan untuk membahas logo, yel-yel dan kelengkapan organisasi lainnya.
Pengurus di bawah Yusuf Mujiono langsung mengadakan konsolidasi dengan merencanakan Deklarasi Resmi PEWARNA Indonesia dan sekaligus mengukuhkan kepengurusan yang dibentuk. Pada tanggal 24 Mei 2013 pukul 10.00 Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia resmi dideklarasikan. Secara simbolis Jacket Pewarna dipakaikan kepada Ketua Umum.
Dapat dikatakan secara organisasi, PEWARNA Indonesia resmi lahir sejak dideklarasikan dan karena itu maka ulang tahun ditandai sejak tanggal itu, 24 Mei. Dengan bantuan Sahat Sinaga, SH, MKn yang kemudian jadi penasehat maka dalam waktu tidak lama keluar akta notaris.
Rakernas I PEWARNA Indonesia awal tahun 2014 diselenggarakan di Villa Ciomas Bogor diketuai Tommy Lantang. Kemudian Rakernas II berlangsung di Wisma Caringin 2015 di Depok diketuai Binsar Sirait. Selama tiga tahun, pengurus banyak melakukan kegiatan antara lain: Seminar Gelar Bodong, Seminar Kandidat PGI dan lainnya. Kemudian mendorong terciptanya DPD PEWARNA Indonesia.
Pada 22-24 Juli 2017 kemudian diselenggarakan Kongres I di Villa Ciwedey Bandung Selatan diketua Junyor Nainggolan. Sebelumnya, Pra kongres dilaksanakan di Best Western Hotel Kemayoran dengan seminar mengambil tema; Wajah Nasrani Indonesia. Dalam acara ini ditandatangani MoU dengan Pimpinan Aras Gereja Nasional dan organisasi Kristen lainnya. Perwakilan dari Dirjen Bimas Kristen dan Dirjen Bimas Katolik juga hadir.
Kongres Ciwedey yang berlangsung dua hari dihadiri 7 perwakilan DPD dan disela-sela acara pengurus disahkan antara lain, DPD Pekanbaru, DPD Banten, DPD Jakarta, DPD Jawa Barat, DPD Jawa Tengah, DPD Sulawesi Utara dan DPD Sulawesi Tengah. Kongres juga akhirnya memilih kembali Yusuf Mujiono sebagai Ketua Umum dan didampingi Argopandoyo sebagai Sekretaris Jenderal yang baru menggantikan Victor Ambarita.
Demikian paparan singkat mengenai PEWARNA Indonesia sehingga anggota PEWARNA Indonesia bisa mengetahui sejarah berdirinya organisasi PEWARNA Indonesia.
Beberapa catatan penjelasan.
- Selama ini timbul opini yang disebarkan pihak tertentu bahwa berdirinya Pewarna Indonesia karena alasan barisan sakit hati, apalagi dikaitkan sidang PGI Mamasa. Perlu ditegaskan tidak ada sama sekali hubungannya. Berdirinya Pewarna karena murni tuntutan untuk menampung sebanyak mungkin wartawan Katolik dan Kristen, untuk mengawal Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika dengan terkoneksi dalam pemberitaan.
- Adanya klaim sebagian orang yang merasa berjasa dan menjadi pendiri PEWARNA Indonesia juga tidak beralasan karena sejak awal PEWARNA Indonesia dibentuk untuk kebersamaan dan siapapun yang terlibat jadi anggota mau pun pengurus, dari dulu hingga yang akan datang, semuanya adalah pemilik yang sama. Perhatikan anggota yang di Rarampah, Deklarasi, Rakernas dan hingga Kongres banyak juga berbeda-beda. Sejarah panjang dari embrio, rumusan, deklarasi hingga Kongres I sudah membuktikan itu. Faktanya ada yang setia, ada yang membelot, ada yang pulang kembali dan ada juga yang mendaftar baru, bagian dari dinamika organisasi.
- Perlunya merumuskan, dangan sangat mendesak, AD/ART PEWARNA Indonesia yang baru dengan aturan yang baku, yang berlaku di organisasi sejenis. Ini sudah menjadi rekomendasi dari Kongres I.
- Terkait dengan rencana HUT Juli 2017, penjelasannya HUT tetap 24 Mei, tetapi karena alasan menyesuaikan pembentukan pantia akhirnya diundurkan dua bulan.
- Pergantian Sekjen pernah terjadi dari Victot Ambarita ke Christian Butar-butar dikarenakan Victor sempat vakum.
- Tulisan ni sekadar catatan semacam pengetahuan untuk PEWARNA Indonesia semata untuk merekrontruksi berdirinya PEWARNA Indonesia. Silahkan bagi yang menulis lain.
Junyor NGL
Anggota PEWARNA Indonesia
Leave a Reply