MedanWT – Seminar dengan Tema; Isu SARA, Media dan Upaya Mendorong Pilkada Bersih diselenggarakan PGIW Sumut bekerja sama dengan Yakoma PGI dan Bawaslu Sumatera Utara di Aula PGIW di Medan, Jumat (9/03/2018).

Tampil sebagai pemateri antara lain Jeirry Sumampow, Irma Simanjuntak dan Bishop Dr Darwis Manurung, MPsi dimoderatori oleh Pdt Bima Saragih yang juga Wakil Sekum PGIW Sumut.

Dalam uraiannya, Bishop Dr Darwis Manurung menekankan bahwa semua warga gereja tidak boleh golput, harus bertanggung jawab untuk menentukan pilihannya. Sebab sebagai warga harus taat pada pemerintah.

“Secara teologis memang demikian, bahwa berikan apa yang harus diberikan kepada Tuhan, berikan juga apa yang harus diberikan kepada kaisar (pemerintah). Karena itu wajib hukumnya memilih, tetapi memilih sesuai dengan cara dan etika Firman Tuhan,” tegas Ketua Umum PGIW Sumut ini.

Karena itu, kata Darwis dalam memilih jangan pernah dikotak-kotakkan karena kita semua adalah kebhinnekaan. Tidak ada warga negara kelas dua, semua sama. Terkait dengan hoaks, lanjut Darwis bahwa tidak perlu heran, karena Indonesia ini sudah biasa cerita dongeng, yang memang kisah yang tidak bukti, itu sama dengan hoaks.

“Makanya mari kita saring dulu setiap informasi sebelum sharing. Itu terjadi karena otak kita sudah susah membedakan opini dengan fakta sudah sulit. Ini soal pendidikan, karena gunakan IT dengan snatun,” ajaknya.

Sementara menurut Irma Simanjuntak bahwa perkembangan media sosial tidak bisa dibatasi di tengah kemunduran media cetak seperti koran, tabloid, dan media elektronik seperti tv. Hampir semua menggunakan media sosial dari segala usia bahkan dengan memiliki nomor telepon lebih dari satu.

“Dalam satu detik ada 900 ribu orang menyebarkan informasi, demikian juga Youtube, Instagram, Whats Up dan aplikasi media sosial lainnya. Bayangkan dalam satu menit ada berapa juta lintas verita jika digabungkan,” paparnya.

Masa sekarang, kata Irma semua bisa menjadi jurnalist paling tidak menulis di blog masing-masing, meski belum memiliki kartu pers.

Sebenarnya dunia internet bisa dimamfaatkan untuk tujuan positif seperti bisnis, pendidikan, petisi dan lainnya. Faktanya, banyak politisi menggunakan media sosial untuk kepentingannya termasuk Barrack Obama dan Jokowi.

Namun di samping tujuan positif sekarang banyak juga dampak negatifnya. Misalnya medsos digunakan untuk menyebar hoaks atau berita bohong, semisal kelompok Saracan dan MCA yang sudah di tangani polisi.

JANGAN POLITISASI SARA
Meski di Indonesia memang ada perangkat menindak seperti UU ITE tetapi, kata Irma masih lemah karena baru akan ditindak lewat delik aduan (ada yang melaporkan). Karena itu, langkah perlu untuk menyaring informasi sebelum menyebarkan. Bisa juga dengan cara memperhatikan dengan mengklik akun, jika baru dibuat kemungkinan hoaks.

Senada dengan itu, Jerry Sumampow yang lama aktif sebagai pengawas pemilu menyatakan bahwa peran media sosial sangat penting dalam konteks pemilu. Ketika empat pilar demokrasi tersumbat fungsinya maka media sosial menjadi tempat setiap orang menyalurkan aspirasinya masing-masing.

Kepala Humas PGI ini juga mengingatkan bahwa Pilkada harus ditempatkan sebagai kepemimpinan lima tahunan yang tujuannya mensejahterakan bangsa. Karena itu Pilkada itu tidak boleh ajang politisasi SARA.

“Demokrasi kita sekarang banyak orang menilai sudah terlalu liberal. Sementara demokrasi kita masih transisi kalau sampai gagal maka bisa menuju kehancuran. Transisi demokrasi banyak hal yang belum selesai, dalam konteks demokrasi bangsa. Demikian juga dalam konteks Pilkada,” beber Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI).

Terkait money politik secara regulasi kurang bisa ditindak karena perlu pelaporan dari yang melakuakan. “Ini sulit dilakukan bagaimana mungkin mereka mengaku. Sementara bisa aja dibawa pidana biasa tetapi orang pasti enggan melakukan. Jadi sisi regulasi lemah dan tidak dapat tindak, ini bahayanya,” tuturnya sembari mengajak peserta melawan money politik.

Sebelumnya, dalam sambutannya Ketua PGIW Sumut Pdt Dr Eben Siagian menyatakan rasa terimakasihnya berlangsungnya acara ini. Karena lewat media sosial bisa memicu konflik bahkan amtar keluarga karena beda pilihan.
“Acara ini menjadi pembekalan buat kita untuk menghadapi pemilihan gubernur Sumut mendatang. Biarlah kegiatan ini memberkati kita semua,” ujarnya.

Sekretaris Umum PGIW Sumut Pdt Hotman Hutasoit mengatakan mari kita mamfaatkan waktu ini untuk membekali kita dalam menyambut Pilkada Sumut. PGIW Sumut tidak bisa menjangkau semua maka diharapkan kita semua bisa berperan menyampaikan.

“Jangan sampai berbohong dalam mimilih, ini sesuai etika Kristen dan hukum Tuhan. Biarlah ini bisa menolong kita semua,” paparnya.

Komentar Facebook
http://warningtime.com/wp-content/uploads/2018/03/20180309_112314-1024x576.jpghttp://warningtime.com/wp-content/uploads/2018/03/20180309_112314-150x150.jpgadminwarningtimeIndonesiaMedanWT – Seminar dengan Tema; Isu SARA, Media dan Upaya Mendorong Pilkada Bersih diselenggarakan PGIW Sumut bekerja sama dengan Yakoma PGI dan Bawaslu Sumatera Utara di Aula PGIW di Medan, Jumat (9/03/2018). Tampil sebagai pemateri antara lain Jeirry Sumampow, Irma Simanjuntak dan Bishop Dr Darwis Manurung, MPsi dimoderatori oleh Pdt...Mengungkap Kebenaran