Warningtime.com Jakarta – Adanya desakan berbagai pihak agar pemerintah Indonesia segera menerapkan lockdown secara Nasional ditolak tegas Prof Dr dr James AP Tangkudung, Sportmed. Menurutnya tuntutan lockdown tidak tepat, sebab ini terkait manusia dan masalah kedispilinan. Jadi seluruh Indonesia tidak perlu mengunci diri dari dunia luar. Apa yang dilakukan pemerintah sekarang sudah seperti yang pernah dilakukan Tiongkok dalam mengatasi COVID 19.

“Seperti yang diterapkan di Provinsi Hubei, Tiongkok yang disebut red zone. Misalkan DKI masuk zona merah maka kalau saya jadi gubernur akan memerintahkan RT, RW, Lurah, Camat dan Walikota untuk turun dan mengecek langsung ke bawah dan meminta laporan sehingga bisa dicegah dengan cepat. Tersebarnya suspek corona ini tergantung perilaku manusianya,” tegas Ketua Umum Forum Komunikasi Kita Pancasila (FKKP) ini.

Lebih jauh kata Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menegaskan, bahwa pimpinan satu negara merupakan amanah yang kuasa. Presiden Jokowi sudah mempunyai pengalaman dan memiliki kemampuan mempertimbangkan yang terbaik untuk bangsa. Bagaimana menyelamatkan Indonesia dari serangan musuh yang tidak terlihat yakni corana virus, yang prinsip bekerjanya coloni.

“Virus ini mempunyai mahkota, semacam punya tanduk, karena itu disebut virus mahkota. Sangat intensif, aktif dan agresif setelah mengalami mutasi. Dulu ditularkan dari hewan ke manusia, sekarang dari manusia ke manusia. Sampai sekarang belum ditemukan vaksinnya,” papar dokter lulusan Frankfurt, Jerman ini.

Jika ditanya kembali apa satu negara perlu ditutup? Menurut Prof yang dulu pernah menjadi staf ahli Kementerian Olah Raga ini menegaskan tidak perlu. Disinggung tekanan WHO, Prof James juga menampik bahwa tidak pernah Badan Kesehatan Dunia itu memerintahkan Indonesia lockdown.

“WHO tidak pernah mendesak Indonesia lockdown, mereka menyarankan agar menerapkan self isolation atau social distancing (menjaga jarak). Ini sudah dihimbau Presiden. Sudah dibatasi supaya manusia tidak aktif berhubungan. Kita juga sudah menerapkan lockdown parsial seperti menghentikan acara keagamaan yang sifatnya mengumpulkan massa. Apa semua taat melakukan, ya belum tentu juga ini jadi persoalan sendiri,” ujar pria yang dipercaya menjadi ketua RT di Pondok Indah ini.

Kalau lockdown nasional diterapkan sangat berat. Harus ada analisis SWOT. Model piramida segitiga memisahkan antara suspect atau carrier dengan yang tidak terinfeksi (negatif) harus diputus. Tindakan yang dilakukan? Tentu dengan menerapkan zona wilayah saja. Misalnya Jakarta Selatan yang sudah dinyatakan red zone harus diawasi ketat.

“Intinya yang perlu di lockdown manusianya bukan satu negara. Kalau diterapkan satu negara, selain dibutuhkan kemampuan TNI dan Polri harus mampu menghandle wilayah luas, dampaknya ekonomi juga besar. Apakah pemerintah mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya selama mengunci diri. Kalau pun mampu apakah bisa mendistribusikannya? Ini bisa membawa kehancuran ekonomi jika berlangsung lama,” katanya mempertanyakan motif pihak-pihak yang getol mendorongnya.

Lalu bagaimana solusi penanganannya? Prof James menyarankan hendaklah masing-masing memulai dari diri kita sendiri untuk membatasi aktifitas masing-masing terutama dalam berinteraksi dengan sesama. Sebaiknya taat dengan himbauan pemerintah. Sekali lagi lockdown parsial perlu ada, sebab daya tahan atau resistence seseorang berbeda. Bisa seseorang hanya jadi carrier yang mudah menginfeksi orang lain yang lemah imunnya. Jadi dalam konteks ini menjaga jarak dengan sesama adalah solusi terbaik yang bisa dilakukan saat ini. Tiga jalur virus masuk tubuh biasanya melalui mata, hidung dan mulut. Semua punya imun sendiri namun tetap terkait daya tahan tubuh seseorang.

Salah satu cara menghentikannya maka imunitas tubuh harus diperkuat dengan pola hidup sehat, konsumsi makanan sehat dan olahraga. Pengalaman negara Singapura orang yang terinfeksi jarang meninggal, bahkan kabar terbaru hanya satu orang, kondisi ini terjadi karena orang di sana pernah terpapar virus Sars sehingga pernah mendapat vaksin hingga memiliki kemampuan daya tahan tubuh terhadap serangan Covid 19.

“Jadi prinsipnya kita itu harus sehat, kalau sehat jadi bugar. Meski terinfeksi virus maka akan sembuh dengan sendirinya. Yang perlu di lockdown perilaku manusia. Memang kendalanya budaya kita susah diatur. Beda dengan Tiongkok yang menganut sistem otoriter, siapa yang melawan ditangkap sehingga mudah proteksi warganya. Di sini baru dibatasi saja sudah ribut apa lagi lockdown,” tegas pria 68 tahun yang masih terlihat segar bugar karena rutin olahraga.

Lalu ditanya ada jalan keluar? Prof James menjawab sudah ada dalam Pancasila. Pertama, bicara ketuhanan maka terkait dengan ketaatan maka perlu kedisplinan nasional. Kedua, untuk kemanusian, memang harus sudah dipersiapkan bersama dalam menghadapi setiap masalah. Ketiga, persatuan Indonesia. Jangan memamfaatkan ke tujuan politik, ini secara tersembunyi ada pihak-pihak yang tujuan agendanya politik. Berikutnya kerakyatan, perlu ada ketaatan hukum. Buat apa ada pemimpin kalau tidak dipatuhi rakyatnya. Terakhir bicara keadilan sosial bagi semua. Ini menyangkut kelangsungan NKRI, UUD 1945 dan demokrasi Pancasila.

Komentar Facebook
http://warningtime.com/wp-content/uploads/2020/03/20200321_172000-1024x768.jpghttp://warningtime.com/wp-content/uploads/2020/03/20200321_172000-150x150.jpgadminwarningtimeFokusIndonesiaWarningtime.com Jakarta – Adanya desakan berbagai pihak agar pemerintah Indonesia segera menerapkan lockdown secara Nasional ditolak tegas Prof Dr dr James AP Tangkudung, Sportmed. Menurutnya tuntutan lockdown tidak tepat, sebab ini terkait manusia dan masalah kedispilinan. Jadi seluruh Indonesia tidak perlu mengunci diri dari dunia luar. Apa yang dilakukan...Mengungkap Kebenaran