Perjalanan Melayani Mentawai – Laporan Pdt Marihot Siahaan
MENTAWAI, WARNINGTIME.COM — Puji Tuhan, sudah lama sekali saya secara pribadi berkeinginan mengunjungi saudara-saudara kita seiman di kepulauan Mentawai. Tahun 80-an ketika masih mahasiswa Teologia saya sering memikirkan Mentawai, Nias dan Papua. Tetapi baru inilah akhirnya Tuhan membuka pintu, mimpi jadi kenyataan, tanggal 8 – 17 September 2015 bersama Tim PPST (Persekutuan Pembaca Saat Teduh) saya melakukan kunjungan pelayanan ke Mentawai, tepatnya ke pulau Sikakap.
Kebarangkatan Tim PPST didukung oleh Gereja Punguan Kristen Batak – Pulomas dan Komunitas Onesimus. Persiapan Tim dapat dikatakan sederhana dalam banyak hal dan tidak dengan persiapan yang matang. Tetapi sambutan hangat dan kesungguhan para pendeta, penatua dan anggota jemaat di sana membuat semua anggota tim bersemangat dan merasa sangat berguna. Praktis satu minggu kehadiran kami di sangat sibuk karena dikordinasikan dengan baik olek pada pendeta GKPM (Gereja Kristen Protestan Mentawai).
Enam orang anggota Tim yang dari Jakarta belum saling kenal dekat, puji Tuhan bisa berkalaborasi dengan baik. Kami sungguh merasa ditolong dan diperlengkapi oleh Tuhan. Kami semakin mengerti arti dari apa yang dikatakan oleh Paulus, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2 Kor 4:7).
Selama di Mentawai kami berkesempatan melakukan pembinaan kepada para pelayan, pemuda, mengunjungi beberapa jemaat dan bertemu dengan persekutuan kaum Ibu, mahasiswa teologia (calon guru agama), dan mengunjugi jemaat korban tsunami. Di setiap tempat yang kami kunjungi kami disambut dengan hangat dan sukacita. Sambutan hangat mereka kami sadari sebagai pintu pelayanan yang dibukakan Tuhan bagi kami.
Masih Sangat Memprihatinkan
Dari pertemuan dengan saudara-saudara di sana kami melihat kenyataan yang sangat prihatin dan sangat butuh perhatian kita sebagai saudara seiman mereka. Mereka hidup terpencil, tertinggal, miskin dan terdesak oleh saudara – saudara kita yang beda iman. Penduduk kepulauan Mentawai sekarang ini masih berpenduduk mayoritas Kristen dan Katolik. Kalau kita sebagai saudara seiman mereka tidak memperhatikan mereka, posisi dan kondisi bisa berubah pada hari yang akan datang.
Seorang dokter bermarga Hutabarat yang mengabdi untuk tiga tahun di sana mengatakan bahwa kita perlu memacu pendidikan di sana. Mereka perlu ditolong supaya lepas dari ketertinggalan dalam pendidikan, pertanian, kesehatan, dan pembangunan iman dan kerohanian. Kitalah yang harus menolong mereka. Coba kita pikirkan jika gaji seorang Ephorus (Ketua Majelis Sinode) hanya 1.000.000 rupiah per bulan.
Tanpa beasiwa mahasiswa (calon guru agama) tidak mungkin bisa ikut perkuliahan dan STTnya akan mati. Jumlah mahasiswa pun hanya sedikit karena keterbatasan dana. Jadi kalau kita tidak menolong mereka maka tidak mustahil salah satu benteng kekristenan kita akan hilang karena cengkraman orang lain. Kita tidak boleh hanya bangga bercerita tentang mereka, tetapi harus bersegera untuk menolong.
Tugas kita tentu untuk mempersatukan, memberdayakan dan dan menguatkan mereka melalui gereja yang sudah ada, GKPM dan Katolik. Menurut saya adalah keharusan dan mendesak bagi kita untuk memperhatikan mereka. Mentawai menunggu kita sebagai saudara dalam Kristus. Mari kita kirim tenaga voluntir untuk memajukan dan memberdayakan. Mereka juga butuh buku dan pakaian. Bagi Bapak/Ibu dan saudara – saudara yang terpanggil bisa bergabung dengan PPST (Persektuan Pembaca Saat Teduh) beralamat di Gedung BPK Gunung Mulia, Jl. Kwitang, Jakarta atau dengan Komunitas Onesimus (email: mrhts_II@yahoo.com, HP 081317111761). Mari sama – sama mendoakan dan menolong mereka. Mereka menunggu kita. Syalom dan Tuhan memberkati. Marihot Sihaan
Leave a Reply