5-cara-jitu-menghadapi-bos-arogan

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaann yaitu, demikian isi Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama, penjelasan pasal tersebut tidak perlu ditafsir karena sudah sangat jelas dan normatif. Tetapi kenyataan Akhir-akhir ini penerapan pasal ini menjadi mandul dan seakan tidak memiliki makna, pelarangan mendirikan rumah ibadah, merusak rumah ibadah dengan cara membakar dan membongkar secara paksa dan melarang Umat Kristen untuk beribadah di Singkil Aceh adalah contoh yang sangat mengerikan dari sebuah bangsa yang berdiri berdasarkan suatu visi besardari para pejuang republik.

Pendiri bangsa Indonesia memiliki cita cita luhur dengan visi membangun peradaban dalam keragaman budaya, agama dan ras. Visi yang sangat jelas dengan warisan kekayaaan alam yang berlimpah, sesungguhnya menjadi modal dasar membangun Indonesia modern dan berjaya, sebagai bangsa yang terkemuka di kawasan Asia. Visibesar yang lahir dari bapak-bapak bangsa yang mendasari Indonesia sebagai negara yang Berketuhanan Maha Esa tercatat dalam Sila pertama Pancasila, agar ada rasa aman, damai dan sejahtera. Indonesia yang dibangun dari budi yang luhur dan para pemimpin yang saleh karena memeluk agama yang benar, akan menemukan takdirnya sebagai bangsa besaryang disegani.

Manusia yang beradab, yang memiliki kepercayaan yang agung kepada Tuhan Sang Pencipta, menjalani kehidupan dengan seksama, menjadikan agama sebagai kompas kehidupan terlihat jelas saat bangsa ini berdiri, perbedaaan pandangan dan perbedaan pendapat dari pendiri bangsa Indonesia selalu mendapat ruang terbuka dan mencapai titiknya dalam bentuk kesepakatan dengan jiwa besar. Kesepakatan demi kesepakatan dalam membangun negeri tertuang dalam rangkaian sejarah bangsa, generasi penerus melihat dan memperhatikan pendiri bangsa Indonesia sesungguhnya telah memberikan teladan yang luar biasa terhadap kerukunan umat beragama.

Peristiwa di Singkil apakah merupakan arogansi agama atau arogansi manusia ?

Kita menyadari ada kesamaan bahwa setiap agama memiliki misi menawarkan keselamatan bagi pemeluknya yang berujung kepada undangan memasuki Surga yang dijanjikan Tuhan Sang Pencipta, tetapi kita juga menyadari bahwa secara teologis kristis terdapat perbedaan yang sangat mendasar, ritual yang berbeda membatasi ruang gerak persamaan tentang Surga yang dituju. Oleh sebab itu dalam berbagai dialog tentang agama yang selalu di kemukakan adalah kesamaannya, bukan perbedaan apalagi mempertentangkannya.

Agama-agama mengajarkan kebaikan dan mengakui bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, dalam kesamaan ini kita menjalani hidup berdampingan dengan saling menghormati pilihan agama yang dianut. Agama-agama selalu menyatakan diri sebagai kebenaran yang paling hakiki untuk membawa manusia menuju Sorga. Dari kebenaran ini kita memiliki kesamaan tujuan, sehingga agama tidak bisa menjadi arogan, karena Sorga bukan milik dari satu agama saja. Agama menjadi kokoh karena pemeluknya memiliki iman dan meyakini bahwa agamanya adalah yang paling benar sehingga perlu bertahan hingga nyawa meregang. Ibadah manusia beragama ditujukan kepada Tuhan Pencipta yang berdaulat atas manusia di bumi. Manusia memerlukan Tuhan sang pencipta sebagai pusat yang di sembah sekaligus pemilik sorga, rasanya terlalu egois kalau kita mengatakan agama lain tidak berhak bertemu dengan Tuhan sang Pencipta yang juga diundang ke Sorga oleh sang pemilik. Manusia berlomba menyenangkan Tuhan Sang Pencipta dengan kesalehan, kesalehan kepada manusia yang diciptakan oleh Sang Pencipta itu sendiri, suatu pemandangan yang baik dan itulah yang disebut rukun, damaidansejahtera.

Apa yang sebenarnya terjadi di Singkil sulit untuk dipahami bagi yang hidup dalam damai dan rukun, pengrusakan asset gereja dan melarang manusia lain beribadah kepada Tuhan Sang Pencipta justru terjadi di tanah kelahirannya, tanah tumpah darah dan tanah tempat bertumpu, dunia seakan runtuh karena manusia melebihi manusia lain, memaksakan kehendak dan kebenaran yang dipahami sebagai benar, dan merasa paling berjasa kepada Tuhan Sang Pencipta karena membela Tuhan Sang Pencipta itu sendiri. Apakah republik ini menjadi adil dan makmur jika pelarang umat Kristen beribadah dilakukan secara massive? apakah ada keberkahan bagi tanah di mana manusia diberikan hak yang sama jika ada umat lain dilarang beribadah ? apakah pemimpin yang mendorong perusakan gereja terjadi dan aparat yang membiarkan perusakan terjadi mendapat pahala yang berlimpah-limpah dari Tuhan Sang Pencipta. Rasanya semua menjadi kabur dan mustahil!, karena penindasan dan pelarang dilakukan kepada manusia yang beribadah kepada Tuhan Sang Pencipta. Manusia telah menjadi arogan karena kebenarannya sendiri dan manusia telah mengerdilkan Tuhan Sang Pencipta yang disembah oleh umat Kristen.

Diperlukan kejujuran dan hati nurani agar kebebasan beribadah menjadi hak semua manusia di bumi Indonesia, perlu keberanian para pemimpin untuk menjalankan kebenaran hakiki bahwa manusia memiliki hak yang sama untuk berjumpa dan berbakti kepada Tuhan Sang Pencipta. Saat ini mungkin Tuhan sang Pencipta hanya mencatat kelakuan makhluk ciptaanNya, mungkin juga Tuhan Sang Pencipta Sedih dan turut berduka bersama umat yang ditindas hak beribadahnya. Kita menyadari bahwa Tuhan Sang Pencipta itu pengasih dan penyayang, maka dari itu mari kita meneladaniNya.

Oleh Pdt Antonius Natan, MTh

Komentar Facebook
https://warningtime.com/wp-content/uploads/2015/11/5-cara-jitu-menghadapi-bos-arogan.jpghttps://warningtime.com/wp-content/uploads/2015/11/5-cara-jitu-menghadapi-bos-arogan-150x150.jpgadminwarningtimeReligionNegara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaann yaitu, demikian isi Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama, penjelasan pasal tersebut tidak perlu ditafsir karena sudah sangat jelas dan normatif. Tetapi kenyataan Akhir-akhir ini penerapan pasal ini menjadi mandul...Mengungkap Kebenaran