Pdt. Shirley F.A. Parinussa Siagian, S.Th – Perempuan Gereja Mengalami Kemajuan Luar Biasa
Dewasa ini, tak dapat dipungkiri bahwa gereja telah memberikan kesempatan yang besar bagi perempuan equal dengan laki-laki baik dalam pelayanan maupun kepemimpinan gereja. Tak sulit menemukan perempuan yang menjadi ketua majelis, ketua sinode dan bahkan ketua PGI seperti ditapaki Pdt Dr Henrietta Lebang. Hal yang sama juga terjadi di Papua. Pdt Shirley FA Parinussa Siagian, STh sudah mengikuti jejak seniornya itu. Pdt Shirley yang asal Ambon kini menjadi Ketua Majelis Jemaat GKI Kalvari Macuan, juga menjabat Ketua Persekutuan Gereja-gereja Provinsi Papua Barat serta Ketua HWDI Papua Barat. Deretan jabatan yang disandang itu tentu menggambarkan bagaimana perempuan telah muncul jadi pemimpin. Berikut bincang-bincang GAHARU dengan Pdt Sherly yang konsern dengan gereja-gereja yang teraniya di Indonesia.
Apa yang membuat Ibu memilih hamba Tuhan daa adakah pengalaman khusus tertentu?
Sejak kecil, saya sudah memiliki cita-cita menjadi Pendeta. Setelah duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA), keinginan itu berubah karena ada pilihan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi lain. Namun sebelum keinginan itu terwujud, saya mengalami sakit parah yang hampir merenggut nyawa saya. Dalam kondisi kritis saya berdoa mohon kesembuhan dan berjanji menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Itulah awal panggilan Tuhan bagi saya menjadi hamba-Nya.
Apa tantangan saat awal terjun pelayanan?
Saat awal pelayanan, di tengah jemaat, tidak ada tantangan yang berat karena saya menjalani dengan sukacita. Medan pelayanan di jemaat kampung tidak menjadi kendala karena motivasi melayani Tuhan begitu kuat.
Jadi perempuan pemimpin dituntut profesionel, tanggapannya?
Ya saya kira benar. Menjadi profesional dalam segala pekerjaan pelayanan adalah passion saya. Prinsipnya, saya tidak ingin melakukan pekerjaan setengah-setengah. Kadang saya harus berkorban bahkan berinisiatif lebih dulu untuk mewujudkan apa yang menjadi panggilan saya.
RA Kartini di mata Anda?
R.A. Kartini adalah wanita pemberani yang mampu menerobos tradisi saat itu yang sangat merendahkan kaum perempuan. Keberanian itu muncul karena sebuah keyakinan akan apa yang dia pelajari tentang makna Kemerdekaan yang sesungguhnya. R.A. Kartini adalah wanita yang gigih dan tidak pernah menyerah. Walaupun ia meninggal dalam usia muda, namun perjuangannya menginspirasi perjuangan perempuan di bangsa ini.
Adakah korelasinya dengan perempuan gereja?
Secara umum, perempuan gereja telah mengalami kemajuan yang luar biasa. Pengajaran firman telah mengubah pola pikir yang diskriminatif terhadap perempuan, sehingga hari ini terbuka kesempatan luas bagi kaum perempuan untuk berkarya dan melayani.
Apakah kesempatan sudah sama?
Hak perempuan untuk berkarya di semua segmen kehidupan bangsa ini belumlah maksimal. Menurut saya di beberapa daerah, belenggu adat dan tradisi menjadi penghalangnya. Sistem patriakhal menjadi tantangan lainnya. Namun demikian kesempatan untuk perempuan terbuka lebar, tergantung kemauan dan kesanggupan perempuan saja. Karena terbukti Presiden, Para Menteri, Gubernur, Bupati dan jabatan publik lainnya diduduki oleh perempuan, walaupun masih sangat terbatas.
Apa kelemahan perempuan untuk maju?
Kelemahan utama kaum perempuan adalah mudah menyerah karena problem internal konflik dan emosional. Di sisi lain, banyak kaum perempuan tidak bersatu dan sering ada dalam persaingan yang tidak sehat.
Solusinya?
Tergantung perubahan pola pikir, sistem kehidupan bermasyarakat dan dukungan dari berbagai pihak. Saya kira itu yang terpenting untuk mendorong kemajuan perempuan Indonesia.
Bagaimana peran kementerian pemberdayaan perempuan?
Kementrian dan jajarannya harus lebih bekerja keras, terutama menerobos kondisi isolasi yang mengikat kaum perempuan. Kementrian pun diharapkan melibatkan semua elemen kaum perempuan untuk bekerja bersama. Terutama dengan perempuan gereja yang bekerja di akar rumput
Harapan Anda di bulan Kartini ini?
Sebagai ketua PGGP Papua Barat, saya melihat bahwa kepemimpinan perempuan adalah butuh kerja profesional dan kesungguhan untuk dapat di percaya memimpin suatu lembaga. Karena bisa ditakatakan, tidak ada satu kaum pria mau dipimpin oleh kaum perempuan. Namun, jika Tuhan yang memilih, maka kaum perempuan harus siap memimpin. Karena ini bukan soal posisi tetapi pengabdian. Untuk bisa diterima kaum laki-laki maka perempuan harus punya segalanya, kepemimpinan, ketegasan, skill dan kemampuan memimpin di samping yang utama takut akan Tuhan.
Leave a Reply