Diskusi Pewarna Indonesia : Nasionalisme Menurun Pancasila Terpinggirkan
Indonesia harus menempatkan nasionalismenya terdepan atau dikedepankan untuk kepentingan negara, demikian disampaikan Prof Dr Marthin Napang pada diskusi Pewarna Indonesia dengan tema: Nasionalisme Ditengah Regionalisme dan Internasinalisme di Grha Oikumene PGI Jalan Salemba Raya, Jumat (2/10/201). Sementara Frans Ansanay yang juga pembicara lainnya menyatakan bahwa Papua tetap diperjuangkan dalam bingkai NKRI.
Partogi Samosir meminta agar Indonesia tidak selalu mengagungkan Amerika karena tidak sama dengan yang terjadi. “Jangan korban film Holywood, kita harus sadar bahwa Indonesia jauh lebih penting,” ungkap Drektur PBB Departemen Luar Negeri.
Menarik paparan dari Yosua Praditya dari Vox Point yang menyoroti pengaruh dari radikalisme di media massa. Derasnya paham yang dalam beberapa tahun dari dua menjadi ribuan, ini dianggap mengkuatirkan. “Saya kira bahwa saat ini telah ada pemerosotan terhadap Pancasila dimana anak muda menjadi korban. Mereka tidak lagi melihat upacara itu penting. Pancasila tidak lagi menarik diucapkan,” paparnya.
Pada sesi tanya jawab, beberapa penanya mencermati masalah Papua, Aceh dan daerah lainnya yang selama ini sangat disorot. Frans Ansanay memaparkan bagaimana sejarah panjang Papua dalam bingkai NKRI. “Sepanjang resolusi 204 di PBB tidak digugat tidak akan bisa merdeka,” paparnya.
Diskusi ini diselenggarakan dalam rangka Ucapan Syukur Pelantikan DPP Pewarna Indonesia Periode 2016-2019 yang didoakan oleh Pdt Gomar Gultom, Pdt Dr Ronny Mandang dan Pdt Jason, perwakilan dari PGI, PGLII dan PGPI.
Leave a Reply