PGPI DKI Himbau Pilkada Putaran Kedua Dijauhkan dari SARA
Majelis Daerah Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) DKI Sabtu, 8/04 direncanakan menerima pasangan calon Anis-Sandi di Restoran Golden Leaf Kelapa Gading. Adapun kedatangan mereka dalam mendengar visi misi dan program yang diusung calon nomor urut tiga itu. Meski sampai acara berakhir, Anis-Sandi tidak hadir karena banyak menghadiri acara secara bersamaan.
Namun pertemuan itu tetap berlangsung dengan baik setelah kedatangan Prabowo Subianto yang mengusung Anis-Sandi memberikan paparannya dihadapan sekitar 100 pendeta di bawah naungan PGPI. Sayangnya pertemuan tertutup bagi wartawan yang meliput.
Ditemui di akhir acara, Ketua Umum Majelis Daerah PGPI DKI Jakarta, Pdt. Dr. Jason Balompapueng menyatakan bahwa pertemuan itu untuk memberi paparan tentang visi misi dan program yang diusung Anis-Sandi.
“Kami terbuka untuk semua calon untuk membeberkan visi misi dan program. Kebetulan hari ini memang ingin mendengar dari Anis-Sandi meski lewat Pak Prabowo tadi. Saya kita gereja harus mendengar semua,” tuturnya.
Pdt Jason pada kesempatan itu menyampaikan bahwa PGPI mendorong masyarakat dan semua pasangan calon untuk tidak menggunakan isu SARA dalam Pilkada DKI Jakarta, terutama putaran kedua.
“Demokrasi Indonesia berazaskan Pancasila yang dibangun dari landasan Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu). Karenanya kami sebagai pemuka agama meminta kepada semua pasangan calon dan masyarakat untuk tidak menggunakan isu SARA yang justru dapat memecah belah bangsa,” tegas Jason.
Kata Jason, bahwa tiga hal yang harus dipegang bangsa ini ialah soal Pancasila, NKRI dan UUD 1945, di samping kebhinnekaan. “Saya kira PGPI sangat konsern tegaknya NKRI yang berlandaskan Pancasila, UUD 2945 dan kebhinnekaan,” tukasnya.
Pada kesempatan itu, Prabowo Subianto memaparkan visi dan misi Paslon Anies Sandi yang diikuti sekitar 100 pendeta tersebut.
Menurut Pdt. Jason, pertemuan dengan pihak Anies-Sandi digagas atas permintaan dari pasangan calon, untuk tatap muka dan menyampaikan Visi Misi secara langsung, dan itu adalah hal yang sangat baik dan tentu sebagai salah satu aras gereja nasional.
Seperti diketahui PGPI membawahi 83 sinode gereja yang beraliran pentakostal dan kharismatik. “Saya kira keberadaan 83 sinode yang ada di Jakarta membuat paslon meminta bertemu untuk meminta saran dan nasehat, tentu kami menerima,”imbuhnya sambil menambahkan bahwa pertemuan seperti itu sama saja dengan pertemuan paslon dengan lembaga-lembaga agama lainnya.
“Jadi untuk PGPI ini bukan masalah pilih memilih, karena sebagai lembaga kerohanian, kami tidak masuk dalam politik praktis, yang penting bagi PGPI DKI, pemimpin DKI Jakarta adalah orang yang harus pro terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI,”tukasnya.
Lembaga kerohanian, sambung Pdt Jason, idealnya berada di tengah dan menjadi payung bagi semua. Namun, rohaniawan perlu mendorong sebanyak-banyaknya masyarakat yang memiliki hak pilih untuk mengikuti pesta demokrasi ini.
“Kita dorong umat untuk menggunakan hak pilihnya secara bertanggung jawab. Silahkan pilih secara bebas, rahasia dan sesuai hati nurani,”paparnya.
Diakuinya, dalam pertemuan dengan pihak Tim Pemenangan Anies-Sandi, para pendeta menyampaikan kecemasan mengenai meningkatnya isu SARA dalam Pilkada ini yang dapat mengancam kerukunan umat beragama dan persatuan. Oleh karena itu, pihaknya berharap kepada semua pasangan calon, tim pemenangannya dan para pendukung untuk tidak menggunakan isu SARA dalam kontestasi.
Pada kesempatan itu, PGPI mengingatkan agar seluruh pendukung dari semua calon siap untuk menang dan siap untuk kalah.“Ingat kekuasaan itu amanat dari Tuhan. Jadi kalau menang, harus diterima dengan tanggung jawab, kalau kalah diterima dengan ikhlas, dan harus mendukung pemerintahan yang terpilih,” harap Pdt Jason sambil menitipkan agar umat di DKI berdoa untuk kelangsungan Pilkada DKI putaran kedua berjalan tertiba, aman, lancar dan damai.