Pesona Bunaken “Kepingan Surga” Jantung Pariwisata SULUT
Usai meliput tiga perhelatan besar yang baru berlangsung di Manado, antara lain: Global Christian Youth Conference, Pekan Kerukunan Nasional dan Rakornas KNPI, praktis waktu senggang menunggu pulang ke Jakarata. Sudah pasti tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi ikon pariwisata Sulawesi Utara. Meski sudah beberapa kali ke Manado, tapi belum sempat mengunjungi ikon yang sudah dikenal di mancanegara ini, Taman Nasional Bunaken (TNB).
Hari masih pagi, (Rabu/25/04/201) sang surya masih baru mengintip di Gunung Lokan. Mungkin pengaruh dua malam meliput hingga dinihari membuat badan malas beranjak.
Namun sebuah SMS dari Ferry Sakke, orang kepercayaan Jackson Kumaat masuk. Singkatnya diminta segera naik ke Hotel Penisula jika ingin pesiar ke Bunaken. “Buruan ya, ditunggu kalau mau ikut ke Bunaken,” begitu pesan tersebut. Hotel kami menginap Griya Sentesa hanya selemparan batu dari Hotel Peninsula.
Pucak dicinta ulam tiba. Kami, berlima, Yusuf Mujiono (GAHARU), Junyor Golan (warningtime.com), Victor Ambarita (Suara HKBP, Harian SIB), Grolus (Inspirasi) dan Ronald (Reformata.Com) yang memang diundang khusus oleh Bang Jackson, langsung senang ria. Kesempatan untuk mengunjungi Bunaken akhirnya tiba. Meski sudah beberapa kali ke Manado belum sempat mengunjungi TNB. Apalagi difasilitasi Ketua DPD KNPI Sulawesi Utara, yang baru saja sukses mendatangkan Wapres Jusuf Kalla dan Menpora Imam Nachrowi ke di Manado.
Bersama rombongan DPP KNPI, kurang lebih 25 orang bertolak ke pantai Manado. Kapal jet sky putih lumayan besar menanti. Perjalanan 30 menit pun dimulai, kapal cepat meninggalkan kota Manado. Jembatan Soekarno dan Mercusuar peninggalan Belanda semakin lama tampak kecil dan menjauh, pertanda kapal semakin mendekati Bunaken.
Hari itu cerah, membuat birunya laut menawarkan pemandangan indah nan damai. Tak banyak lalu lintas. Hanya satu dua kapal kecil reguler Manado-Bunaken. Dua nelayan dengan dua kapal berbeda, terlihat menebar jaring di birunya laut. Ombang tenang membuat perjalanan makin santai.
Terumbu Karang Nan Eksotik
Sekedar informasi TNB adalah taman laut yang terletak di Sulawesi Utara, Indonesia. Taman ini terletak di segitiga, Terumbu Karang enjadi habitat bagi 390 spesies terumbu karang dan juga berbagai spesies ikan, moluska, reptil dan mamalia laut. Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem laut Indonesia, meliputi padang rumput laut, terumbu karang dan ekosistem pantai. TNB ini merupakan habitat laut, sementara 3% sisanya merupakan daratan, meliputi lima pulau:Bunaken, Manado Tua, Mantehage, Naen dan Siladen. TNB didirikan pada tahun 1991 dan meliputi wilayah seluas 890.65 km².
Satu mil jelang TN Bunaken, dikejauhan terlihat karang muncul di permukaan. Permukaan laut sedang surut membuat karang warna-warni yang indah tampak jelas dikejernihan air. Beberapa orang sedang asik daving. Karena kapal kami besar, terpaksa berhenti 500 meter dari bibir karang.
Untuk melihat keindahan karang dari dekat, terpaksa harus dilansir ke kapal khusus yang hanya muat sepuluh orang. Kapal tersebut di tengahnya dilengkapi tiga kaca berbentuk aqurium. Dari tiga lubang itu bisa menyaksikan karang dipenuhi ikan-ikan hias. Meski hanya berlangsung sekitar sepuluh menit, cukup puas memandangi rombongan ikan hias dan berbagai karang yang tumbuh subur. Tak terbayang usia karang ribuan tahun.
Berkesempatan mengamati terumbu karang Bunekan dan segala isinya, semakin membuat kita menyadari indah ciptaan Tuhan. Pengawasan ketat membuat terumbu karang ini akan lestari. Tak salah kalau Bunaken dibilang sekeping surga yang terlempar ke bumi Sulut.
Lunch Spesial
Puas mengamati karang dan ikan dari geladak kapal, kapal pun merapat ke pantai karena rombongan akan makan siang. Sekali lagi karena kapal besar dan pasang surut, kapal kecil dengan 10 penumpang melansir rombongan merapat ke pantai. Begitu menginjakkan kaki di pantai, rombongan berebut foto di pelabuhan yang ada tulisan besar Bunaken.
Kali ini Mas Joko yang berbaik hati mentraktir semua rombongan. Bahkan tempat makan sudah dipesannya sebelum merapat ke pantai. Panasnya terik matahari di kapal tidak terasa karena warung makan berada di pepohonan yang rimbun dan hijau.
Makan siang bersama terasa berbeda ada kekeluargaan. Apalagi suguhan ikan bakar, ikan sup, ikan rica, sambal khas Manado ditemani kelapa muda membuat lunch terasa nikmat. Pantai yang luas dengan pasir coklat, dan birunya lautan membuat acara makan sempurna.
Panas siang jelang sore yang terik membuat rombongan enggan bermain di pasir pantai. Mencoba merasakan beningnya air terasa kaki menyentuh air panas. Ikan kecil dan binatang laut menghiasi bibir bantai yang luas karena pasang sedang surut. Beberapa orang tampak snorkling menikmati taman laut Bunaken.
Rombongan DPP KNPI dan wartawan Pewarna dari Jakarta memilih duduk sambil minum kopi memandang lautan luas. Terbentang lautan luas tak bertepi menghayalkan sangir dan philipine di seberang. Gunung Bunaken menjulang tinggi membuat pemandangan eksotik apalagi dengan bibir pantai Manado di timur.
Menunggu satu jam, pasang cepat datang. Gundukan pasir yang luas bagaikan disulap terisi air. Bibir pantai hampir tidak menyisakan pasir. Kapal yang tadi tidak bisa merapat kini sudah berlabuh di pelabuhan rakyat Bunaken.
Dengan riang, rombongan beranjak ke kapal. Berlayar lima menit menuju Taman Nasional Bunaken. Kali ini karena sudah pasang kapal akhirnya bisa mendekat ke terumbu karang yang luasnya hektaran. Tak tahan memandang beningnya air, eksotisnya terumbu dan ribuan ikan, tanpa dikomando beberapa orang menceburkan diri ke laut.
Memberikan roti yang telah dipersiapkan ke ikan, terasa berbeda sekali dan punya sensasi sendiri. Seketika ribuan ikan mendekat, bahkan mengambil makanan di sela jari-jari. Tentu saja berenang cukup aman karena terumbu karang hampir tiga meter di bawah permukaan air.
Beruntung, penulis salah satu yang turun berenang. Sensasi merasakan gelombang dan arus laut, pemandangan bawah laut dan rombongan ikan yang mengelilingi menawarkan pengalaman yang mungkin belum terulang lagi.
Satu jam bermain di Taman Terumba Karang Bunekan terasa baru beberapa menit. Karena rombongan DPP KNPI akan terbang juga ke Jakarta, dengan terpaksa harus rela meninggalkan kepingan surga milik Indonesia ini. Terimakasih buat Bang Jacko, terimakasi Bang Joko dan terimakasih untuk kebersamaan rombongan KNPI Pusat. See you again di Jakarta. Torang samua bersaudara.