Jakarta – Apapun tantangan yang harus kita hadapi, termasuk adanya kumpulan-kumpulan keji yang ingin mengintimidasi umat Kristen, dan perkumpulan-perkumpulan atau lembaga-lembaga keumatan seperti PIKI, kita hanya punya satu jawaban: Ini tanah air dan medan pengabdian kita. Demikian pidato pembukaan Ketua Umum PIKI Bakti Narendra Prawiro dalam Rakernas dan KLB PIKI yang berlangsung Jumat-Minggu (7-10/07) di Hotel Merlyn, Jakarta.

“Kami tak akan kemana-mana, serta tetap akan bersaksi, bekerja dan berdoa untuk negara kami tercinta Indonesia dan seluruh rakyatnya,” tutur Bakti Narendra.

Maka dengan semangat itulah pula, kata Bakti, selain sebagai agenda organisasi yang telah dijadwalkan sejak Kongres V PIKI pada tahun 2015 yang lalu, acara KLB pada tahun 2017 ini kami selenggarakan, didahului dengan Rakernas, berikut pembekalan melalui study meeting yang akan kita ikuti bersama.
“Rakernas adalah kesempatan bagi kita semua para pengurus PIKI di seluruh Indonesia untuk dapat berkumpul bersama. bukan hanya dalam rangka melepas rindu, dan saling mengakrabkan diri, akan tetapi juga bersama-sama mengevalusi perjalanan dan perkembangan PIKI pada tahun-tahun di antara kongres, membahas persoalan-persoalan yang menjadi pergumulan kita bersama dan menemukan solusi untuk mengatasi masalah, yang ada, dengan mengantisipasi perkembangan/ perubahan di masa-masa yang akan datang,” pesannya pada pembukaan yang dihadiri tokoh-tokoh Kristen.

Khususnya untuk Rakernas tahun 2017, tambah Bakti Prawiro, juga menjadi persiapan untuk kita bersama-sama memasuki Kongres Luar Biasa PIK, membahas agenda2 khusus yg diamanatkan Kongres V PIKI 2015 terkait PERUBAHAN AD/ART dan Visi, Misi Organisasi.

PIKI adalah organisasi yang bisa dikatakan cukup lanjut usianya. Sejak didirikan pada tanggal 9 Desember 1963, hingga Desember tahun lalu PIKI sudah mencapai USIA 53 tahun. Sebuah usia yang boleh dikaitkan dengan ciri-ciri kematangan, kemapanan dan keberlanjutan (sustainable). Namun demikian pada kenyataannya ternyata cukup banyak yang harus kita bicarakan dan tetapkan pada forum KLB nanti. Di antara beberapa naskah AD / ART yang ada, menurut rekan-rekan DPP ada 8 versi, sehingga kalau tidak ditetapkan secara definitif akan berpotensi menciptakan masalah dari kongres ke kongres. Demikian pula KLB diharapkan dapat menyepakati visi dan misi organisasi yang lebih sesuai dengan perkembangan jaman. Bahkan bilamana memungkinkan menetapkan semacam Garis-garis Besar Halauan Organisasi yang selaras dgn AD/ART, Bisi dan Misi dan dapat menjadi acuan kita bersama dalam berkarya dan bertumbuh, minimal hingga kongres berikutnya pada tahun 2020 yad. Ini semua telah diamanatkan oleh Kongres V PIKI pada tahun 2015.

Lanjutnya, DPP PIKI harus mengakui bahwa memang ada keterlambatan dalam penyelenggaraannya, yang seharusnya terjadi pada tahun 2015. Namun karena masalah-masalah internal dan eksternal baru dapat dilaksanakan pada tahun ini. Konsentrasi mau tidak mau diarahkan selama 2 tahun lebih pada upaya konsolidasi organisasi, sehingga dari jumlah 5 DPD yang sah di tahun 2015, saat ini sudah terkonsolidasi 12 DPD yang telah melaksanakan Musda / Konperda dan 15 caretaker, beberapa di antaranya siap melaksanakan Musda / Konperda. Selain itu dapat dilaporkan juga bahwa sejak tahun lalu untuk pertama-kalinya dalam sejarah panjangnya PIKI telah diakte-notariskan di DepHum&Ham. DPP PIKI juga telah membuat laporan keuangan tahunan yang sedang salam proses audit. Selebihnya daripada itu PIKI juga telah punya NPWP dan untuk pertama kalinya akan memasukkan SPT untuk tahun 2016 pada tahun ini.

Pada kesempatan itu, Bakti jua memaparkan hasil jejaring selama dua tahun kepemimpinannya.

“Sebagai organisasi kecendekiawan PIKI telah melakukan jejaring dan kerjasama dengan UKI, SatuHarapan.com, PEWARNA, BPK Gunung Mulia dll, PGI, GPI dll. Juga ambil bagian dalam pertemuan rutin dengan ISKA, ISNU, ICMI, ICHI dll,” tamdasnya.
Selain itu, pertemuan dan acara bersama dengan lembaga-lembagan keumatan Kristiani, seperti GAMKI & GMKI, PARKINDO, PGI terutama yang tersisa dari apa yang dulu dikenal dengan istilah Wali Songo. Bahkan bersama GMKI dan GAMKI, tahun 2015 dan besok akan terwujud, memutuskan mengaktifkan kembali DPP GSKI lewat KLB GERAKAN SISWA KRISTEN INDONESIA, dimana PIKI menawarkan memfasilitasi pelaksanaan KLB nya.

Dalam aktivitas-nya sebagai DPP telah ditetapkan sebagai acara rutin rapat bulanan, acara dies natalies, Refleksi Awal Tahun dan FGD (Focus Group Discussion). Beberapa yang telah diselenggarakan PIKI adalah FGD tentang Tolikara, Tax Amnesty, Ideologi Pancasila. Sedangkan yang melalui kerjasama dengan pihak lain-lain tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN, 500 Tahun Reformasi dan Membangun Habitus Pancasila. Hal yang serupa juga telah dilaksanakan pada tingkat DPD (misalnya DIY), bahkan DPC (misalnya;Bitung & Karanganyar). Khusus tentang FGD Tolikara hasilnya telah dibukukan, yang walaupun tidak terlalu tebal, tapi padat dan berbobot. Kalau tidak ada halangan untuk Monograph tentang Tolikara tersebut akan diselenggarakan soft-launching pada tanggal 8 besok sore /
Sebagai DPP, DPD dan DPC PIKI kita semua mengemban amanat tema kongres: “Kebenaran meninggikan derajat bangsa” (Amsal 14:34) dan sub-tema: “Revitalisasi Wawasan Kebangsaan Demi Peningkatan Derajat Peradaban Bangsa dan Kesejahteraan Rakyat.” Kita diingatkan untuk mencari dan menegakkan kebenaran di manapun kita berada dan dalam aktivitas apapun, khususnya kecendekiawanan. Seorang filsuf India pernah mengatakan “bahwa walaupun kebenaran itu adalah hal yang utama dalam hidup, melaksanakan kebenaran adalah hal yang jauh lebih utama” (Guru Nanak). Demikian kiranya dengan pengamalan Pancasila, kalau boleh dianggap sebagai refleksi kebenaran yang historis dan kontekstual bagi bangsa Indonesia, dan karena itu pada akhirnya menjadi ukuran jatuh bangunnya derajad bangsa.

Kalau pelanggaran terhadap kebenarannya (Pancasila) terus menerus dibiarkan terjadi, pada berbagai aspek kehidupan berbangsa, bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat, bukankah seperti dikatakan oleh setengah ayat amsal berikutnya “tetapi dosa adalah noda bangsa.” PIKI dan semua lembaga-lembaga pelayanan sejenis di Indonesia, apapun latar-belakang keumatan dan keimanannya, terpanggil untuk menegakkan “kebenaran,” termasuk dalam hal pengamalan Pancasila, melalui kecendekiawan kita dalam rangka merevitalisasi wawasan kebangsaan dan kesejahteraan rakyat melalui FGD, tulisan-tulisan, dan karya-karya lainnya yang mengedepankan kebenaran yang filosofikal sebagai kebenaran yang aktual, faktual, moral dan etikal serta bersifat imperatif.

Komentar Facebook
https://warningtime.com/wp-content/uploads/2017/07/20170707_121054-1024x768.jpghttps://warningtime.com/wp-content/uploads/2017/07/20170707_121054-150x150.jpgadminwarningtimeFokusJakarta - Apapun tantangan yang harus kita hadapi, termasuk adanya kumpulan-kumpulan keji yang ingin mengintimidasi umat Kristen, dan perkumpulan-perkumpulan atau lembaga-lembaga keumatan seperti PIKI, kita hanya punya satu jawaban: Ini tanah air dan medan pengabdian kita. Demikian pidato pembukaan Ketua Umum PIKI Bakti Narendra Prawiro dalam Rakernas dan KLB...Mengungkap Kebenaran