Seminar GERKINDO: Sepanjang Sejarah Negeri Orang Kristen Tidak Pernah Melawan Pancasila
Bandung WT – Gerakan Kasih Indonesia (GERKINDO) cabang Jawa Barat bekerjasama dengan Ayub, PGPK dan STA Teranus menyelenggarakan Seminar Sehari bertema: Peranan Umat Kristiani dalam Pemilu 2019 dan Dampaknya bagi Gereja, yang diselenggarakan di Aula Sekolah Tinggi Alkitab (STA) Teranus Bandung, Selasa (11/10/2018) dihadiri sekitar dua ratus orang peserta, dari warga Bandung dan pengurus Gerkindo Jawa Barat.
Tampil sebagai narasumber adalah Pdt. Dr. Andreas Yewangoe Anggota Dewan Pengaruh BPIP dan Pdt. Yerry Tawalujan, MTh selaku Ketua Umum GERKINDO. Acara dipandu Usman Silitonga, SH, MH selaku Ketua Gerkindo Jawa Barat.
Pada paparannya Pdt. Dr. Andreas Yewangoe menyatakan bahwa bicara desa Pancasila harus bebas semua agama yang diakui negara. Seperti yang terjadi di Cilegon yang diklaim satu agama tertentu, harus disuarakan dengan tegas. Kalau ada bebas agama tertentu harus berani menolak.
“Dalam sejarah di dalam negeri ini orang Kristen tidak pernah melawan Panacasila. Bahwa ada agama tertentu saja yang mengaku melaksanakan Pancasila karena yang lain tidak mengaku esa, itu tidak benar penafsiran yang keliru dan salah,” tegasnya.
Menurutnya, Soekarno menyatakan bahwa esa itu bicara ketuhanan. Karena itu, semua agama harus setara. Kedua, beragama yang tidak beradap sama saja tidak benar harus sesuai dengan Pancasila. Soekarno pernah mengatakan itu. Karena itu, mantan Ketua Umum PGI ini menyatakan bahwa mereka yang mencalonkan legislatif bahwa yang diperjuangkan bukan semata-semata kekuasaan.
“Ketika ada duduk disana harus memperjuangkan semua orang bukan orang Kristen saja, dengan demikian Anda dihormati. Memperjuangkan kepentingan semua rakyat berarti memperjuangkan kepentingan Kristen juga,” tegasnya.
Intinya negara dalam perspektif Perjanjian Baru bahwa dilihat Yesus sebagai interin atau sesuatu yang sementara. Karena masih hidup di negera ini harus ikut memperjuangkan negara ini untuk kesejahteraan bersama.
Sementara Pdt. Yerry Tawalujan MTh menyatakan bahwa penting untuk mendorong caleg-caleg kristiani untuk duduk di DPR dan DPRD, tetapi harus mengenakan topi kebhinnekaan dan kenegarawan.
“Saya kira untuk menang, caleg kristiani tidak boleh hanya tertuju ke gereja tetapi pendepatan warga lainnya. Jangan berpikir lagi ada dikotomi mayoritas-minoritas,” tegasnya mengingatkan.
Jangan lupa juga, tambah Yerry bahwa kalau duduk nanti sesuai dengan tertulis di Yeremia, bahwa usahakan kesejahteraan kota atau bangsa bukan kesejahteraan gereja. Penting sekali memahami itu.
Leave a Reply