Seminar Sehari DPW GERKINDO Provinsi Banten “Gereja harus Netral Tanpa Keberpihakan kepada Partai Tertentu”
Tangsel WT – Seminar Sehari DPW Gerakan Kasih Indonesia (GERKINDO) mengangkat Tema: Bagaimana Peran Pemimpin Kristen Menghadapi Pemilu 2019 dan Dampak Terhadap Gereja yang berlangsung di Restoran Remaja Kuring Tangerang Selatan, Senin(17/10/2018).
Dalam sesi pertama, Sekum Gerkindo Edi Junaidi membawakan tema Pandangan Umat Kristen dalam Politik yang diapandu Ketua DPW Provinsi Banten Pdt Kasidu Niga. Menurut Edi bahwa menghadirkan pelayan-pelayan Tuhan dalam bidang politik harus bersumber dari Mazmur 78:72 yakni setidaknya dengan Ketulusan hati dan kacakapan tangan.
Yang dimaksud dengan kejujuran hati adalah ada niat baik untuk melayani. Sedangkan yang dimaksud dengan kecakapan tangan menyangkut skill, keahlian dan ketrampilan.
“Sebaiknya memang pelayan-pelayan Tuhan yang terjun bidang politik harus memiliki kejujuran hati dan kecakapan tangan, supaya mereka bisa menjadi politisi yang bisa bermamfaat,” ujarnya.
Sementara Pdt Kasidu Niga selaku Ketua DPW Provinsi Banten menyatakan bahwa dirinya hanya berusaha mendorong anak-anak Tuhan untuk berkiprah dalam politik. “Saya kira tidak ada maksud lain selain mendorong orang Kristen untuk terjun politik.”
Pada sesi kedua menampilkan pembicara Koordinator TePi, Jeirry Sumampow menyatakan bahwa gereja memang harus netral tidak ada keberpihakan kepada partai. Namun bukan berarti tidak boleh punya strategi tertentu untuk menempatkan wakilnya di parlemen.
“Mana possiblity yang tinggi caleg dari 16 partai, itu yang harus diutamakan dipilih. Artinya bukan karena selalu majelis jemaat misalnya akan di pilih. Jadi lebih baik lihat dan perhatikan possibility, sebab kalau suara terbagi ke 16 calon maka suara habis tanpa perwakilan, ini harus berpikir strategis dan rasional. Kalau kita sudah melakukan itu bahwa tidak terlalu keberpihakan,” bebernya.
Jadi memang harus dibangun kesadaran seperti itu, ini bagian dari pendidikan politik bagi warga gereja. Jadi memang ada target bersama dan itu untuk kepentingan bersama. “Saya kira rasionalitas nanti bisa dibuatkan. Ini bisa dilakukan kalau punya kesadaran yang sama,” ujarnya. Jadi untuk DPRD nanti bisa dilakukan, juga di DPR RI.
Partai-partai sebenarnya tidak punya ideologi. Biasanya ideologi ini hanya kaitannya dengan mencari dukungan massa. Jangan mengira partai nasionalis tidak selalu konsisten nnasionalis.
“Pengalaman saya mengamati DPR ketika ada pembubaran gereja juga tidak bisa disuarakan. Dulu hanya PDS karena basis memang itu. Jadi tidak perlu dikotomis nasionalis dan raligius,” katanya.
Lebih jauh, Jeirry mengingatkan jangan karena berbeda pilihan politik jadi gereja jadi terpisah. Karena peran gereja harus berada disemua partai.
Dalam sesi ketiga, Pdt. Dr. Nus Reimas yang tampil narasumber menegaskan bahwa terkait dengan perkembangan politik, maka yang pertama sekolah-sekolah tinggi teologia harus dibenahi supaya mereka melek politik. Saat ini nitizen dikuasai citizen, bahwa sekarang ini dunia dikuasai media sosial. Di Indonesia gara-gara politik kenyataan sering timbulah konflik, kekecewaan dan kekuatiran dan lain sebagainya.
Setiap anak harus menyadari bahwa dia punya kewarganegaraan yakni sebagai warga negara Indonesia dan warga negara kerajaan Allah.
“Karena warga gereja dan gereja tidak bisa membiarkan begitu saja urusan politik negara, harus partisipasi dan terlibat di dalamnya,” tukasnya.
Leave a Reply