Jakarta WT – Jelang Pileg 2019 dan di tengah hiruk-pikuk kampanye di Indonesia, simbol-simbol agama kerap digunakan para kontestan sehingga keharmonisan kehidupan berama terganggu. Dalam kesan awalnya begawan politik Sabam Sirait mengatakan ini tempat kedua yang saya lihat di Jakarta dimana Gereja dan Mesjid berendang berdua tidak ada pembatas.

“Yang pertama di Priok yang kedua di Petukangan Utara” ungkapnya. Hubungan ini harus menjadi contoh kehidupan beragama kita, harmonis, rukun, tidak saling serang dan bermusuhan.

Sabam Sirait dalam masa resesnya mengunjungi Wilayah Petukangan Utara, bersebelahan dengan RPTRA Bhineka Jl. Swadarma Raya Jaksel. Dalam rangka masa reses anggota DPD RI Kegiatan ini dilakukan dalam rangka penyerapan aspirasi masyarakat mendengar keluhan dan kendala apapun yang di rasakan oleh masyarakat pada hari Sabtu (27/10/2018) di GPIB Sejahtera Jl. Reformasi Swadarma Petukangan Utara.

Diketahui, bahwa Sabam Sirait merupakan anggota DPD RI tertua dengan umur 82 tahun, Sabam merupakan anggota DPD pengganti dari AM. Fatwa. Oleh karena itu dia pada bulan Januari 2018 baru di Lantik dan menjadi anggota DPD RI.

Dalam acara penyerapan aspirasi ini di hadiri oleh 3 komunitas, yaitu Komisi Germasa, warga Rt 007/04, serta komunitas forum masyarakat online yang berjumlah lebih dari 125 orang.

Sabam Sirait mengatakan bahwa Sukses dalam berbangsa dan bernegara yaitu negara yang  bukan berasaskan negara beragama tetapi negara yang menjunjung tinggi persatuan dalam keragaman, ini merupakan semangat yang luar biasa dan harus di pertahankan.

“Pengalaman dalam organisasi, saya sudah mengikuti pergerakan organisasi di Indonesia dari mahasiswa dan Gereja pada masa konstituante. Pada masa itu negara menyederhanakan menjadi 3 Partai pada masa Sukarno,” ujar eks Sekjen Parkindo ini yang paluku fusi dan melahirkan PDI.

Dalam hidup ini, selalu dekat dan bersama dengan politik, berjuang untuk masyarakat, negara, dan menolong Gereja. Sudah 7 kali menjadi anggota DPR RI. Baru Untuk Saat ini menjadi anggota DPD RI.

“Sejak mahasiswa saya selalu berada di sekitar politik, sejak mahasiswa pada masa itu banyak sekali masyarakat yang tidak menyukai politik,” terang alumni FH UI ini.

“Acara ini sama sekali bukan Kampanye melainkan penyerapan Aspirasi Masyarakat dan dalam memperingati Sumpah pemuda 28 Oktober 2018, prestasi Pak Sabam Sirait dapat ditiru generasi milenial kita untuk terus mempertahankan idiologi kebangsaan untuk menahan dan melawan idiologi radikalisme yang mulai menyasar generasi milenial,” jelas Thony Ermando Ketua Forum Online Milenia.

Komentar Facebook
https://warningtime.com/wp-content/uploads/2018/10/20181029_225305.jpghttps://warningtime.com/wp-content/uploads/2018/10/20181029_225305-150x150.jpgadminwarningtimeHomeJakarta WT - Jelang Pileg 2019 dan di tengah hiruk-pikuk kampanye di Indonesia, simbol-simbol agama kerap digunakan para kontestan sehingga keharmonisan kehidupan berama terganggu. Dalam kesan awalnya begawan politik Sabam Sirait mengatakan ini tempat kedua yang saya lihat di Jakarta dimana Gereja dan Mesjid berendang berdua tidak ada pembatas. 'Yang...Mengungkap Kebenaran