Jurnalis Nasrani harus jadi Terang dan jadi Jembatan yang Menyatukan
Warningtime.com Sentul – Kongres II Pewarna Indonesia yang berlangsung di Pelangi Resort Hotel di Sentul, Jawa Barat Jumat (1/11) yang secara resmi dibuka tadi pagi, malam ini memasuki sesi diskusi dan talk show membahas “Peran Jurnalis dalam Membangun Gerakan Oikumene antar Lembaga Kristiani yang menampilkan pimpinan ormas kekristenan.”
Sesi ini diikuti seluruh peserta Kongres yang berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, Lampung, Riau, Sulteng dan Sulut. Acara dipandu Thomas Gunawan, MTh dari Pewarna Banten.
Pdt Brigjen Harsanto Adi mengungkapkan bahwa peran media sangat penting dan merupakan kekuatan demokrasi di samping TNI. Ketua Umum Asssosiasi Pendeta Indonesia (API) mengingatkan bahwa media sekarang mengalami tantangan dengan perkembangan media sosial dan online.
“Kita harus kembali ke tugas pokok yakni untuk sebagai media informasi, kontrol, rekreatif dan literasi. Penguasaan tugas pokok ini yang membandingkan kita dengan yang lain,” tegasnya. Ia juga menekankan agar senantiasa untuk menyuarakan kebenaran.
Sementara Sekjen MUKI Pdt Mawardi Zega menyoroti masih banyak ormas yang tidak memenuhi syarat hukum. Namun masih bisa bersatu. Sedangkan Jojo Raharja dari GAMKI dan seorang wartawan senior mengungkapkan ketika mengetahui ada Pewarna sempat kaget.
“Yang penting jurnalis itu harus menjadi terang. Dia harus bisa menjembatani dan aktif dengan wartawan dari yang lain yang berbeda latar belakang agama dan lainnya,” tukasnya.
Sekjen PNPS Sahat Sinaga, SH, MKn menegaskan bahwa oikumene itu adalah dalam kerangka keesaan gereja. Sedangkan peranan jurnalis adalah menyampaikan kabar baik dan tugas yang sama juga diemban ormas Kristen.
“Jurnalis Nusrani adalah menyatakan fakta dan kebenaran. Artinya tetap menyuarakan kabar baik. Masalahnya kita tidak menutup mata bahwa jurnalis juga harus ditopang dan itu tantangannya. Caranya ya ormas harus banyak membuat kegiatan dan menjadi sumber berita,” ujarnya.
Menarik, kata Sahat Sinaga, bahwa menyampaikan kabar baik artinya bukan berarti tidak bisa mengungkap dan investigasi kejahatan dan sejenisnya. Yang penting kan disampaikan dengan fakta-fakta kebenaran.
Disambung Leo RT Panjaitan selaku Ketua Umum PIKA yang mengingatkan bahwa jurnalis Kristen harus juga menyoroti radikalisme.
“Peranan media massa dalam pembentukan moral, budaya, pendidikan dan juga kontral sosial. Jadi peran wartawan itu seperti mengendus, tidak tahu kapan dia bekerja. Terutama dalam hal fungsi kontrol,” tegas mantan Jaksa ini. Peran jurnalis penting karena wartawan yang ditakuti oleh pejabat.
Wartawan harus menguasai bidangnya dan perlu membangun solidaritas.
Pandangan berbeda disampaikan Jhon SE Panggabean yang mengingatkan bahwa sebagai jurnalis Kristen harus terus mengasah penanya, sehingga setiap wartawan mampu menyuarakan kebenaran sesuai firman Tuhan.
Leave a Reply