Ompung Sabam Sirait dan Kebaikannya
Warningtime.com – Senyum khasnya selalu menawan menawarkan keramahan. Menyiratkan kebaikan yang tulus kepada siapapun. Ia selalu memperlakukan orang sama baiknya, tidak pilih-pilih, dari latar mana pun dia berasal. Merakyat memang sikap yang selalu terpancar dari sosoknya yang senantiasa tampil humble dan rendah hati ini. Meski pengetahuannya amat luas, tetapi atas semua itu tetap membuatnya mudah berbagi ilmu, bahkan kerap menekankan dirinya juga masih belajar dengan siapa saja lawan bicaranya.
Kesempatan, setiap malam Kamis atau Jumat, rutin hampir dua tahun ini, kami (Yayan, Andus, Imran dan Junyor) selalu berbincang via zoom dengan Ompung Sabam. Awalnya untuk kepentingan menggali sumber-sumber untuk bahan bukunya “Sabam Sirait dan Pandangan Politik Internasional” dan “Ompung, PDI dan PDI Perjuangan” tapi belakangan beragam topik dari yang berat dan ringan, dibahas Ompung dengan santai namun tetap serius.
“Horas, merdeka! Kalian sudah makan?,” sapanya tiap kali mengawali pembicaraan. “Aku sudah makan enak, disediakan itomu (istri tercinta) kerab tertuju kepada Andus Simbolon (diakuinya hula-hulanya),” ujarnya dengan tertawa. Sapaan seperti itu selalu rutin hadir tiap mulai bincang dengan Ompung. Kadang disambung,”Kalian belum mau tidur rupanya?” tanyanya khas logat Batak. “Apa yang kalian mau tanya lagi,” sambungnya.
Perbincangan melalui zoom akhirnya mengalir akrab dan berlangsung sekitar 30-60 menit, tergantung kondisi Ompung saat itu. Sejujurnya Ompung selalu bersemangat berbicara tentang topik yang menyangkut kebangsaan dan negara, bahkan kadang lupa waktu berlalu lama. Sesekali Ompung boru tampak memperhatikan. Kalau sudah begini, Indah dan Bimo yang menemani Ompung memberi kode agar wawancara dihentikan karena Ompung sudah lelah.
“Sudah dulu ya, nanti kita lanjutkan. Kalian juga jangan lupa istrahat. Horas, Merdeka,” teriaknya sambil mengepalkan tangan. Kadang, saking semangat walau batuk-batuk terus saja membahas topik dengan lancar.
Boleh dibilang, jalannya bincang-bincang, kebanyakan dilakukan dengan ceria dan kerap ditimpali dengan joke-joke yang menyegarkan. Tapi Ompung Sabam tetaplah Singa Podium. Manakala menyinggung topik-topik sensitif menurutnya, Ompung bisa saja berubah drastis serius dan bicaranya bisa begetar karena menahan emosi. Itu terjadi kala menyinggung topik seputar Presiden Soekarno, Palestina, Petani dan aktifis pergerakan.
Namun akan berbeda, tampil dengan semangat kala membahas tema-tema yang berhubungan dengan politik luar negeri, organisasi dunia, perang dingin, konferensi, demokrasi, Parkindo, PDI, PDI Perjuangan dan yang berkaitan apa saja yang pernah dijalaninya.
Kebaikan Ompung, dengan pengetahuan yang amat luas, jika kami bertanya tanpa arah, akan dikoreksi dengan memperbaiki pertanyaan sekaligus menjawab dengan paparan yang terstruktur. Ia tidak pernah menjatuhkan mental penanya. Apalagi dengan wartawan, dengan ramah akan berbagi ilmu, karena memang Ompung kerap menulis tajuk rencana di Sinar Harapan dan berbagai media lainnya. “Saya ini juga wartawan lho, penulis tetap tajuk dulu, jangan lupa itu,” katanya mewanti sambil menggoda kami.
Punya integritas, konsisten dan rendah hati selalu melekat pada Ompung Sabam. Suatu waktu ketika bercerita saat mengikuti sidang kunjungan Parlemen Australia dan menyinggung Indonesia tentang Timor Timur ketika tak ada yang menyanggah, Ompung dengan sigap maju. “Saya langsung maju ke mimbar menyanggah pernyataan itu. Saya jelaskan tentang Timor Timur. Kita tidak boleh lengah dan kalah,” tuturnya dalam diplomasi internasional. Hal seperti berkali-kali dilakukan saat tampil di Konferensi Internasional di berbagai negara.
Bahkan, di Konferensi PBB, Sabam Sirait pernah tampil dengan garang membela Bosnia dan Palestina. Kesempatan satu-satunya untuk berbicara di PBB tidak dilewatkan. “Waktu berkunjung ke New York, tiba-tiba malamnya Dubes Indonesia menyambangi kamar saya, meminta saya agar bersedia berpidato di PBB mewakili Indonesia, meski seperti ditodong, saya akhirnya setuju,” kisah Ompung tak melawatkan kesempatan langka itu. Dia satu dari dua anggota parlemen yang pernah berpidato di Sidang PBB di New York.
Sebagai Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKAP) Sabam Sirait memang kerap menghadiri konferensi tingkat dunia. Satu cerita menarik saat bersidang di Yordania yang bertepatan Hari Paskah. Disela-sela Sidang Sabam meminta izin ke Ketua Delegasi Akbar Tanjung untuk bisa Kebaktian Paskah terlebih dulu. “Apapun kesibukan kita, iman tak boleh dilupakan. Saya memang ikut kebaktian Paskah dulu sebelum hadir sidang,” tuturnya. “Tetapi saya tidak mau menginjak wilayah Israel, bagi saya perjuangan kemerdekaan Palestina lebih penting,” tegasnya.
Kenangan yang terlupakan dari Ompung adalah perhatiannya yang amat besar. Sering menjadi kejutan. Hampir semua relasi termasuk kami cukup beruntung, rutin dikirimkan bingkisan makanan. Tiba-tiba saja, pengantar di depan rumah telah memberi bingkisan yang dikemas dengan rapi, tertulis nama Ompung.
Seribu kisah, disampaikan Ompung setiap malam Kamis atau Jumat. Namun dua bulan belakangan tiba-tiba menghilang. Kami tentu sangat merindukannya. Meski tidak akan pernah kembali. Dikabarkan Ompung sedang di rawat RS Siloam Lippo Karawaci. Doa kami pun mengalir untuk kesembuhannya. Tuhan berkehendak lain, wawancara terakhir Juli, Ompung masih sehat, semangat menyapa “Horas, Merdeka!”. Ada kehampaan saban Kamis (Jumat) tanpa bersua dengan Ompung. Sampai terbetik kabar pukul 1 Kamis (30/9/2021) Ompung telah meninggal kita untuk selamanya. Selamat Jalan Ompung! Tenanglah disisi kanan Bapa di Surga. With Love!
Leave a Reply