Jeritan dari Bukit Seminarium Sipoholon: Curahan Hati Pdt Saut Sirait untuk SG
Jelang pemilihan pucuk pimpinan HKBP, warningtime.com menerima sebuah tulisan menarik dari Pdt Saut Sirait yang sebenarnya bisa menjadi renungan dari semua warga HKBP menantikan pemimpin baru. Tulisan yang sebenarnya curahan hati ini dengan judul “Ini Jeritan Hati Saut Sirait” yang ditujukan kepada Ephorus Demisioner Pdt WTP Simarmata dan Sekjen Demisioner yang juga sekaligus Ketua Umum Panitia SG Pdt Mori Sihombing dengan di awal mengutip Amsal 27:6 “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.”
Saut menyampaikan enam poin dari jeritan hatinya terkait dengan pelaksanaan SG 2016 ini. Menariknya Saut menulis terlihat dari hati yang paling dalam sehingga siapapun membaca akan terenyuh kalau tidak turut memahami betapa “SG HKPB” terkesan tidak dipandang sebelah mata pemerintah, sehingga menurunkan “derajat” HKBP sebagai organisasi keagamaan yang diklaim terbesar ketiga di Indonesia.
Sepertinya dapat ditangkap bahwa dengan hanya kehadiran level eslon satu setingkat dirjen meski dari tiga kementerian membuat orang memandang HKBP sudah disepelekan, apalagi Kongres GMKI yang baru berapa minggu lalu di tempat sama berlangsung dihadiri menteri dan gubernur. Orang pun menghubungkan bahwa kehadiran pejabat “rendahan” terkait dengan sikap tudingan intervensi atau memang petinggi HKBP terlalu memprotek diri sehingga tidak membutuhkan pemerintah dalam SG.
Ada enam poin yang diungkapkan Saut Sirait. Pertama Saut Sirait secara terbuka memuji keberhasilan pimpinan WTP Simarmata dan Mori Sihombing atas perkembangan HKBP selama empat tahun terutama pembangunan fisik. Kedua, mengangkat adanya kondisi 43 gereja HKBP yang menjadi ratapan bersama.
Pada bagian ketiga dan keempat, Saut secara tegas menyayangkan “ketidakhadiran pejabat tinggi” dalam pembukaan SG. Di sisi lain memberi ruang kepada politisi-politisi HKBP meski menyaru sebagai jemaat. Sementara ada putera HKBP seperti Luhut Binsar Panjaitan ditolak karena dianggap mendukung calon tertentu.
Berikutnya, Saut juga menambahkan bahwa secara terang-terangan pimpinan HKBP demisioner ada keberpihakan kepada salah satu partai, dan menyebut pro Mega. Tentu itu tudingan keras kalau benar SG bisa diintervansi salah satu partai. Apalagi Effendi Simbolon ketika sambutan banyak mendapat protes dari pendeta karena dianggap apa yang disampaikan tidak etis.
Bagian akhir disebutkan bahwa sangat terasa skenario dan aroma bahwa Pdt. WTP Simarmata MA, dalam kapasitas sebagai Ompui Ephorus telah menggunakan kekuasaan dan kewenangannya untuk mengganjal pendukung calon lain, terutama Bapak Jenderal Luhut. Ini yang disebutnya “Abuse if Power”.
Ini jeritan hati Saut Sirait:
Amsal 27:6: Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.
Yth, Ompui Ephorus
Pd. W.T.P Simarmata, MA
dan Amang Sekjen, Ketua Umum Panitia SG, Pdt. Mori Sihombing, MTH
Penuh ungkapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus utk belas kasih dan karuniaNya.
Mengakhiri periode kepememimpinan dalam SG ke 63 ini, saya hendak menyampaikan pernyataan, pertanyaan dan catatan yg bisa disebut ratapan.
- Terima kasih untuk semua upaya dan karya yg dipersembahkan selama ini. Banyak yg memuji prestasi dalam konsolidasi internal dan proses dialog yg semakin intensif secara eksternal. Pembangunan fisik berupa gedung juga sangat diapresiasi. Demikian juga pelaksanaan Tahun Kategorial, Konferensi Perempuan dan khususnya Pemuda yg sangat impresif, membanggakan dan mengharukan saya. Sekali lagi terima kasih.
- Almanak HKBP mencatat dari tahun ke tahun 43 tempat peribadahan HKBP pada 9 Distrik yg semua di Sumatera, menjadi ratapan kita. Seharusnya dan sesungguhnya keadaan itu dapat diselesaiakn melalui kordinasi dan konsolidasi menyeluruh, potensi2 jemaat dan jaringan lintas agama. Konsolidasi internal HKBP dgn putra2 jemaat yg ada di dalam semua spektrum masyarakat, khususnya akademisi, pejabat pemerintah dan aktifis sosial menjadi kekuatan problem solving, dgn tetap berbasis pada penguatan dan pelibatan jemaat setempat. Teramat prihatin dan mengurai airnata, karena tidak ada program maupun kebijakan khusus untuk itu.
Kemarin, roh, jiwa dan batin saya didera luka yg luar biasa. Sinode Godang yg saya maknai sebagai forum tertinggi pengambilan keputusan, adalah muara dari semua aspirasi dan permasalahan untuk diselesaikan. SUN dan HODOS, berjalan bersama-sama. Suatu konsolidasi puncak diterakan setiap Sinode. Namun, airmata harus ditahan atas realitas pembukaan Sinode kemarin.
- Ada 3 kementerian yg hadir kemarin dan tiga2nya mengirim utusan yg berkelas 3 dan 2. Itulah penempatan porsi dan “kelas” HKBP. Rasanya sungguh pahit. Di tempat yg sama, Kongres GMKI dgn Ketua Umum Panitia, mantan Ketua GMKI Cabang Siantar, Pdt. WTP Simarmata, dihormati 2 Menteri, Gubernur dan para Bupati/Walikota di Tapanuli. Bahkan dgn Orasi langsung Ketua KPK. Saya sama sekali bukan pendamba hadirnya pejabat di Sinode. Namun Kehormatan, kewibaan, kemartabatan dan kemuliaan HKBP yg saya lihat dgn kehadiran aparatus pemerintah yg memiliki standar protokoler dan tingkatan kegunaan bagi negara, meruntuhkan harga diri. Saya memohon sedikit informasi dari Ompu i Epborus dan Bapak Sekjen selaku Ketum Panitia.
- Sinode memiliki jaminan kepastian terjadinya Sinergi (SUN-ARGEIN) kerja bersama. Seluruh putra-putri dalam kapasitas keahlian, jaringan, kedudukan dan jabatannya, termasuk yg seiman bukan hanya patut dan layak, tetapi keharusan bagai tiap Sinode Gereia Tuhan, menghadirkannya untuk “berjalan dan bekerja bersama. Ada 3 Kemernterian, 2 Kementerian teknis, HUKHAM, Bpk. Yasona Laoly dan PERDAGANGAN Bpk Enggartiasto Lukito, 1 bersifat Kordinasi yg sangat menentukan dan kuat dalam struktur negara, Menko Maritim dan ESDM, Bapak Jenderal Luhut Panjaitan. Teramat jelas, bukan hanya yg hebat dan istimewa, tetapi yg melampaui itu yg dapat menduduki jabatan itu. Teramat sulit bagi seorang Kristen meraih itu. Dan, Pak Luhut, terlepas dari kelemahan dan kekurangannya, pada saat ini, bukan hanya dibanggakan Batak tetapi juga kawan NU dan Muhamadiah, khususnya jajaran Muda yg berprestasi. Dan Pak Luhut ADALAH SATU-SATUNYA PUTRA HKBP. Demikian juga dgn kosongnya sambutan PGI yg setahu saya, baru kali ini Sinode Godang HKBP, tanpa kehadiran PGI, padahal salah pendeta terbaik HKBP dalam pentas Oikimene, Abang Gomar Gultom Sekjen PGI hadir kemarin. Beliau direkomendir dan diperjuangkan langsung HKBP utk jabatan itu. Ada apa dgn HKBP sekarang, pelopor Oikumene di dunia dan pendiri PGI, sama sekali tidak memberi tempat bagi pertumbuhan Oikumene di dalam dirinya. Apalagi Ompui sekarang Ketua CCA, yg harus mewujudkan semangat oikumene.
Pertanyaan saya kepada Ompung dan Sekjennami, mengapa mereka tidak hadir? Sungguh teramat sedih, tidak tahan rasanya derai airmata ini. Tolong Ompung dan Amang Sekjen memberi penjelasan, agar roh dan jiwa dapat tenang. Sun Hodos dan Sun Argein apa yg diperoleh dari realitas kemarin itu? Sangat perih dan menyakitkan.
- Kehadiran para politisi dari satu.partai tertentu, selain menimbulkan pertanyaan, juga menimbulkan kekuatiran, apalagi pada tahun 1997 Pdt. WTP Simarmata adalah.kader dan caleg PDI Pro Mega saat itu. Realitas yg lebih parah, kapasitas apa Effendi Simbolon, sebab ybs adalah wakil rakyat yg tdk diperbolehkan membawa jabatan alat kelengkapan dewan keluar. Kedudukan dan legitiimasi, apa yg ada padanya utk melampaui otoritas dan kewibawaan Sinode Godang utk mengesahkan dgn cara memperkenalkan calon? Sinode Godang sendiri belum membahas apalagi menentukan hal itu? Di samping itu, dari Altar khusus Sinode Godang, Effendi Simbolon menyatakan ajaran sesat: “politisi adalah setengah setan dan manusia” Apakah itu ajaran Alkitab kita. Martin Luther, Bapa Gereja mengatakan: Politics is Devotion, bukan hanya pekerjaan tetapi adalah Ibadah. Dengan tegas menyebut bahwa panggilan kepada pemerintahan (raja, presiden dan politisi) adalah suci. “Poda haliluan” do na mandok politisi “setengah setan setengah manusia”. Dalam arahan dan pengembalaan Ompung di Sinode kemarin, sama sekali tidak ada penolakan dan tegoran terhadap “Poda na lilu” dari Effendi itu. Secara hukum, apabila tidak melakukan penolakan, berarti identik dan menerimam Ompung hal itu sangat serius dan berbahaya, kecuali kita mau menjadikan Altar Sinode Agung menjadi dagelan dan komedi tertawaan. Sungguh tidak sanggup saya menahan keperihan ini, mohon Ompung menjelaskan.
- Saya pernah memposting yg secara tidak langsung menegor seorang kawan yg bermaksud menjadi Kandidat atas tindakannya meraih dukungan dari orang kuat. Dan, belakangan terjadi perubahan di lapangan, tidak ada penggunaan kekuasaan. Namun dalam kejadiaan kemarin, sangat terasa skenario dan aroma bahwa Pdt. WTP Simarmata MA, dalam kapasitas sebagai Ompui Ephorus telah menggunakan kekuasaan dan kewenangannya untuk mengganjal pendukung calon lain, terutama Bapak Jenderal Luhut, dll. Sudah merupakan “Abuse if Power”, yg secara universal telah ditetapkan sebagai kejahatan luar biasa, melampaui intervensi. Kenyataan demikian secara langsung atau tidak telah membuat HKBP menjadi milik, seperti perusahaan pribadi dari Pdt. WTP Simarmata sendiri. Saya jadi menafsir, Pdt. WTP Simarmata MA masih dalam jabatannya sebagai Ompu i Ephorus, secara langsung atau tidak langsung telah menjadi Ketua Tim Sukses salah satu calon, yg jelas bukan saya, apalagi sahabat saya, Pdt. DR. Robin Butarbutar. Tentu, Ompu i, memiliki hak membantah dan menjelaskan, sebab saya bertanya dan menafsirkan peristiwanya. Jawaban Ompung akan menjadi bagian dari surat ini, untuk saya publikasi. Jikalau tidak sempat hari ini, jawaban l Ompung akan saya susulkan dipublikasi pada media dan dengan letak yg sama.
Mohon maaf jika menyebabkan ketidaknyamanan. Terima kasih Tuhan Yesus memberkati.
Pdt. Saut Hamonangan Sirait
Leave a Reply