Jakarta WT – Pendidikan Teologia Eropa Barat selama ini tergolong pendidikan yang sangat baik, maju dari sisi ilmiah. Sayangnya meskipun di Eropa banyak bertebaran Sekolah Teologia yang bagus pada kenyataannya negara-negara di sana sekarang ini justru terjebak materialis, kapitalis, atheis dan sejenisnya.

Demikian disampaikan Pdt Dr Erastus Sabdono pada pembukaan kuliah umum di STT IKAT di Rempoa, Selasa (5/03) dengan Tema: Pendidikan Teologia yang Menghasilkan Transformasi Hidup Melalui Pembentukan kerohanian.

Terkait dengan itu, kata Ketua STT Eukumene ini, pertanyaannya sekarang bagaimana Pendidikan Teologia di Indonesia? Apakah lulusannya berdampak kepada masyarakat? Faktanya sekarang ini sebagian besar mahasiswa teologia kurang kualitas, baik dari keimanan maupuan pengusaan pengetahuan. Masih banyak hanya mengejar gelar tokh mengesampingkan sistem perkuliahan yang benar.

“Seharusnya seorang yang program sarjana minimal mengusai Toefl 300, pasca sarjana 400 dan doktoral 550. Bahkan buat program doktoral di samping mengusai Bahasa Inggris dan Bahasa Ibrani,” tegasnya.

Selain itu, tegasnya lagi, hidup dan tubuh harus jadi pelayanan. Sebab jangan pernah masuk pelayanan dengan agenda-agenda tersendiri. “Biasanya ada banyak agenda tersembunyi. Hanya ingin melayani di kota dan tidak mau kembali ke kampung halaman,” ujarnya.

Menurut Erastus bicara kerohanian sebenarnya menunjuk kepada manusia batiniah bersumber pada hati nurani. Pembentukan kerohanian pada dasarnya adalah pembentukan atau pembangunan hati nurani. Ini sebenarnya inti dari keselamatan. Proses keselamatan adalah proses mengubah cara berpikir. Kata berpikir ini dalam Filipi 2:5 disebutkan sebagai phroneo.

Pembentukan kerohanian yang pertama adalah kesucian. Kesucian bukan berarti tidak berdosa, tetapi tidak akan berbuat dosa. Kesucian adalah segalanya. Kemudian perlu memiliki integritas. Terkait dengan transformasi pikiran. Oleh karena ini setiap hari minimal 30 menit berhubungan dengan Tuhan. “Di situ ketulusan kita sehari-hari akan terkoreksi,” tukasnya.

Erastus menceritakan di gerejanya (Gereja Suara Kebenaran Injili) sekali kebaktian bisa melibatkan 14.000 orang dengan 6 jadwal kebaktian di Jakarta, dengan menghabiskan anggaran kurang lebih sekitar 4 miliar. “Tetapi itu semua tidak ada berarti dan berguna kalau hanya rebutan jemaat saja. Saya tidak mau seperti itu,” tegasnya.

Pada akhir kuliahnya, Pdt Dr Erastus Sabdono juga mengingatkan agar jangan kita bersaing, sebaiknya kita harus selalu saling mendukung demi Indonesia yang lebih baik. Kuliah umum ini dihadiri Ketua STT IKAT Pdt Jimmy Lumintang, dosen, mahasiswa dan para tamu undangan. Acara ini dipandu oleh  Pdt Thomas Gunawan, STh  penulis tetap Majalah GAHARU.

Komentar Facebook
http://warningtime.com/wp-content/uploads/2019/03/IMG-20190305-WA0027-1024x768.jpghttp://warningtime.com/wp-content/uploads/2019/03/IMG-20190305-WA0027-150x150.jpgadminwarningtimeFokusJakarta WT – Pendidikan Teologia Eropa Barat selama ini tergolong pendidikan yang sangat baik, maju dari sisi ilmiah. Sayangnya meskipun di Eropa banyak bertebaran Sekolah Teologia yang bagus pada kenyataannya negara-negara di sana sekarang ini justru terjebak materialis, kapitalis, atheis dan sejenisnya. Demikian disampaikan Pdt Dr Erastus Sabdono pada pembukaan...Mengungkap Kebenaran