Perempuan-perempuan tangguh
Perempuan-perempuan tangguh

Habis gelap terbitlah terang. Demikian judul buku karya Raden Ajeng Kartini yang mempelopori sekaligus tonggak emansipasi wanita Indonesia. Apa yang diperjuangkan perempuan Jawa Jepara ini setelah 71 tahun berlalu kini sudah tampa hasilnya bagi kemajuan perempuan. Betapa tidak, Indonesia dewasa ini sudah menunjukkan penghargaan akan hak yang sama bagi kalangan perempuan. Hampir semua jabatan penting di negeri ini sepertinya sudah pernah di duduki kaum perempuan.

Mulai dari aparat pemerintah dari kepala desa hingga presiden pernah diduduki. Presiden Megawati Sokarnoputri telah menjadi tonggak pencapain tertinggi dari prestasi perempuan Indonesia. Negeri ini boleh berbangga karena meski negeri demokrasi seumur jagung telah berhasil menempatkan kepala negara hal yang belum dicapai Amerika Serikat, yang baru November mendatang bisa mencapainya dengan syarat Hillary Clinton menang dalam pemilu 2016 negara adidaya itu.

Bahkan Kabinet Kerja Jokowi menempatkan era kesuksesan perempuan dengan mendudukkan tujuh perempuan dalam jajaran kabinetnya, terbanyak sepanjang sejarah berdirinya Indonesia. Menteri Luar Negeri Retno dan Menteri Kelautan Susi, adalah dua contoh perempuan Indonesia yang mencapai level tinggi. Wakil ketua KPK juga mencatat rekor dengan masuknya Irjen Basaria Panjaitan. Juga Walikota Surabaya Risma yang terkenal dengan prestasi.

Tidak hanya di jajaran birokrasi, di swasta juga banyak perempuan yang pernah menjadi CEO. Sebutlah misalnya Eva Riyanti Hutapea yang pernah lama menjadi CEO Indofood Sukses Makmur. Ada Rini Swandi Soemarno yang lama menjadi CEO Astra Grup, kini memimpin Kementerian BUMN. Yang lebih heboh lagi perempuan Indonesia bisa bersaing secara internasional seperti Sri Mulyani yang menjadi orang penting di World Bank.

Kemajuan perempuan juga terjadi di Indonesia Timur yang sebenarnya sejak dulu juga sudah berhasil mencetak prestasi tidak kalah dengan perempuan di bagian barat Indonesia. Sejarah mencatat beberapa pahlawan nasioanal juga berasal dari Indonesia Timur.

Tidak hanya itu, prestasi yang ditorehkan perempuan asal Indonesia bagian Timur tercatat dengan tinta emas meski tidak banyak yang tahu. Adalah Mary Thomas, seorang perempuan berdarah Manado kelahiran Kupang yang berhasil mencatat prestasi dengan diterima menjadi mahasiswa kedokteran STOVIA. Mary Thomas menjadi dokter perempuan pertama Indonesia. Prestasi tentu saja mengagumkan karena zaman itu perempuan masih dipinggirkan karena ketatnya zaman patrianilistik.

Marie Thomas, dokter perempuan pertama Indonesia
Marie Thomas, dokter perempuan pertama Indonesia

Berkaca dari Mary Thomas, perempuan dari Timoer juga banyak sukses. Sebutlah Menteri Pengembangan Perempuan Yohana Yambessy, Bupati Tety Paruntu, DPD Maya Rumantir dan banyak lagi pejabat yang duduk di pemerintahan.

Bagaimana dengan gereja, sekarang perempuan di gereja juga berhasil mencetak prestasi yang tak kalah hebat. Sebutlah misalnya perempuan sudah menduduki Ketua Sinode GKI Papua, salah satu gereja terbesar di Papua. Di GMIT prestasi yang sama juga dicapai perempuan. Belum lama ini juga Ketua Sinode GPI juga diduduki perempuan. Yang tak kalah gemilang, Ketua PGI, Heinrie Lebang pernah menjabat Ketua Sinode Gereja Toraja dan Sekum CCA.

Sekarang ini generasi perempuan Timoer (Papua, Sulawesi, Maluku dan NTT berikutnya juga banyak menyusul yang menduduki posisi strategis di dalam gereja. Gereja Protestan umumnya memang maju dalam hal ini karena memberi dan membuka kesempatan seluas-luasnya kesempatan yang sama bagi perempuan. Berbeda dengan Gereja Katolik Roma yang masih belum membuka kesempatan yang sama.

Menyambut bulan April, sebagai bulan Kartini majalah GAHARU mengulas kemajuan perempuan Timoer dengan menampilkan tokoh-tokoh perempuan dari wilayah ini. Bagaimana pendapatnya tentang peran Kartini mendorong kemajuan perempuan Indonesia dikaitkan dengan peran strategis perempuan gereja.

Komentar Facebook
http://warningtime.com/wp-content/uploads/2016/04/kartini-1024x656.jpghttp://warningtime.com/wp-content/uploads/2016/04/kartini-150x150.jpgadminwarningtimeIndonesiaHabis gelap terbitlah terang. Demikian judul buku karya Raden Ajeng Kartini yang mempelopori sekaligus tonggak emansipasi wanita Indonesia. Apa yang diperjuangkan perempuan Jawa Jepara ini setelah 71 tahun berlalu kini sudah tampa hasilnya bagi kemajuan perempuan. Betapa tidak, Indonesia dewasa ini sudah menunjukkan penghargaan akan hak yang sama bagi...Mengungkap Kebenaran