Willem Frans Ansanay: Permintaan Maaf Gubernur Jatim ke Masyarakat Papua Disambut Baik
Warningtime.com Jakarta – Buntut tindakan dan perlakuan tidak baik kepada mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya beberapa waktu lalu, Senin (19/08) menimbulkan situasi memanas terjadi di Manokwari. Unjuk rasa yang dilakukan masyarakat Papua sebagai tanggapan dan membalas aksi pengepungan asrama mahasiwa Papua di Surabaya dan Malang dan tindakan rasis yang dilakukan oleh ormas-ormas tertentu, tepat pada perayaan HUT kemerdekaan RI 17 Agustus 2019 yang lalu.
Atas tindakan yang tidak mengenakkan terhadap mahasiswa di asrama Papua, tersebut munculah unjuk rasa besar-besaran di Ibukota Papua Barat yang mengakibatkan gedung DPRD Provinsi Papua Barat di Manokwari dibakar massa.
Meresponi situasi yang memanas atas kejadian tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa secara cepat tanggap dan menelepon langsung Gubernur Papua, Lukas Enembe meminta maaf atas kejadian di Surabaya dan Malang dan siap untuk bertemu.
Menanggapi permintaan maaf yang dilakukan Gubernur Jawa Timur, tokoh senior asal Papua Willem Frans Ansanay sekaligus Wakil Ketua Umum dan Korwil Papua dan Papua Barat, Barisan Relawan Jokowi Presiden Bara JP dalam pemenangan Jokowi Mahruf menegaskan bahwa dirinya menyambut baik tindakan gubernur Jatim dengan menghubungi gubernur Papua untuk menyampaikan permintaan maaf langsung.
“Kita harapkan permintaan maaf Gubernur Jawa Timur dapat segera meredakan suasana dan kembali tenang baik di Papua dan Papua Barat. Harus diapresiasi dan disambut baik langkah preventif yang dilakukan oleh Ibu Khofifah yang langsung menghubungi koleganya di Papua,” tutur Frans.
Namun demikian kata Frans, kalaupun kejadian itu lebih pada personal yang melakukan maka permintaan maaf tersebut juga harus ditindaklanjuti dengan pengusutan secara tuntas. Siapa yang dimaksud personal tersebut. “Memang harus dituntaskan, siapa personal yang dimaksud apakah itu ormas, oknum aparat maupun pejabat harus segera diusut. Artinya ada itikad baik untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut,” tegasnya.
Sebab, sambung Frans mewanti-wanti, kalau hal ini tidak dilakukan akan menimbulkan prasangka buruk. “Harus ada tindakan tegas atas kejadian tindakan rasis dan juga pengempungan terhadap asrama Papua tersebut. Tidak boleh menguap begitu saja,” tegasnya serius.
Hal yang sama kata Frans lebih lanjut, kalau ada mahasiswa Papua yang dianggap separatis kepada mereka diberikan bimbingan yang baik sebagai warga Jawa Timur dan warga negara Indonesia. Mahasiswa Papua itu sebagian besar hidup dan kuliah dengan beban yang memprihatinkan. Beban pemondokan, beban makan, beban biaya kuliah dan beban-beban lain. Dalam masa kuliah kepada mereka pemerintah daerah gelontorkan dana otsus dibidang pendidikan supaya mereka bisa kuliah tanpa termakan provokasi-provokasi negatif terhadap bangsa dan negara Indonesia.
“Kepada aparat penegak hukum segera bertindak tegas kepada provokator di kedua belah pihak. Ormas-ormas intoleran, radikalisme, terorisme dan separatisme harus dibekukan dan diproses hukum,” ujarnya mengingatkan agar hukum ditegakkan.
Seperti diketahui, Senin ini kepada para wartawan Khofifah sudah mengabarkan bahwa dia sudah telepon Gubernur Papua untuk menyampiakan permohonan maaf. “Apa yang terjadi sama sekali itu bukan suara Jatim. Harus bedakan letupan bersifat personal dengan apa yang menjadi komitmen Jatim,” paparnya. Hal itu disampaikan saat konperensi pers bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Pada kesempatan itu, Khofifah mengaku pihaknya bersama forum komunikasi Pimpinan Daerah sering berkomunikasi dengan mahasiswa Papua. Bahkan, mahasiswa Papua sering diundang dalam setiap acara penting di Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur mengajak semuanya untuk bersama-sama saling menghormati dan menghargai.
Leave a Reply