Seminar The Pursuit Succes to Significance dan Launching Buku Half Time
Warningtime.com Jakarta – Yayasan Halftime Indonesia menyelenggarakan Seminar The Persuit Succes to Significance sekaligus peluncuran perdana Buku HALF TIME edisi bahasa Indonesia, bertempat di APL Tower Lantai 15 Central Park, Jakarta Barat Jumat, 6/12/2019. Tampil sebagai pembicara Mr Lee Han Kiat dari Halftime Asia yang berasal dari Singapura.
Seperti diketahui buku gerakan Halftime sudah populer di Amerika dan terjual kurang lebih satu juta copy. Gerakan Halftime ditulis Bob Buford seorang pengusaha media sukses di Amerika Serikat. Setelah sukses mengembangkan perusahaan televisi kabel, kemudian muncul hasrat kuat untuk memiliki Paruh Kedua yang signifikan. Hingga sampai akhir hidupnya Bob telah melipatgandakan sumber-sumber yang Tuhan karuniakan kepadanya sehingga memberikan dampak luas dan menetap. Buku Half Time memaparkan bagaimana ia beralih dari sukses di paruh pertama kehidupannya ke signifikasi di paruh keduanya.
Mr. Han Kiat menjelaskan bahwa hidup semua orang bagaikan Sigmoid Curva. Yang pasti pada satu titik mengalami naik dan juga mengalami saat turun. “Ketika memegang erat sesuatu maka ada pada satu waktu akan balik ke titik tersebut. Kita mungkin kerja keras dan kita tidak sadar menurun. Sebaiknya sebelum kita turun maka perlu menyiapkan kurva yang baru, untuk mengarahkan ke yang lain, yang lebih berdaya dan berdampak,” jelasnya.
Lebih jauh Han Kiat memaparkan salah satu metode yang dipakai Gerakan Halftime adalah metode 3 C (Circle). Yang pertama Core bicara menemukan siapakah sebenarnya kita. Untuk sampai di sana yang pertama kita buang semua identitas yang bukan diberikan Tuhan. Harus tahu apa strength (kekuatan) yang diberikan Tuhan. Yang kedua menemukan passion (hasrat) kita.
Kemudian C kedua adalah menyangkut capacity atau kapasitas. Kita harus memiliki kapasitas. Untuk mencintai orang lain, kita harus lebih dulu meluangkan waktu bersama Tuhan. Setelah mengetahui kapasitas kita maka kita bisa menentukan di organisasi mana kita bergabung.
Berikutnya, C yang ketiga adalah Context. Ketika mengetahui kita sendiri siapa dan kita tahu kapasitas kita maka kita bisa bergabung melayani di organisasi mana. Ada tiga organisasi yakni pemerintah, non pemerintah (LSM) dan Gereja.
Ketua Umum Yayasan Halftime Indonesia Inge Halim sebelumnya menjelaskan Halftime Indonesia sendiri didirikan pada November 2015, bertujuan meneruskan gerakan serupa untuk konteks Indonesia.
Menurutnya buku ini diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia, agar dapat menjangkau lebih luas, memotivasi dan memberdaya lebih banyak orang memiliki kehidupan yang signifikan, melipatgandakan berbagai karunia Allah memberkati sangat banyak orang.
Sebelum acara launching, David Haripin asal Sumut membagikan sharing kesaksian hidup. Ia mengaku bahwa buku Halftime yang bisa mengubah hidupnya. “Dulu waktu saya sekolah di sekolah Kristen ikut belajar Kristen dan setiap sabtu ikut kebaktian tetapi kalau ayahnya tahu selalu ditindas karena dilarang ikut,” kisah pengusaha ini.
Dari muda Haripin sudah punya usaha dan karena secara materi mapan semua bisa dilakukan dan sayangnya semuanya hampa. Tahun 1997 diajak ke gereja tapi tetap kosong hati. Tahun 2001 dibaptis tapi kehidupan makin gila karena makin sukses.
“Pagi ke gereja malam bisa ke night club, dulu selalu begitu,” kisahnya.
Titik balik pertobatannya, dimulai ketika ikut kapal pesiar ke Eropa, sekitar Oktober 2009. Seorang sahabatnya memberikan buku halftime untuk dibaca mengisi waktu di kapal. “Biasanya setiap buku berbau firman Tuhan saya langsung buang, tapi beda dengan Halftime. Saya membaca sampai tiga kali dengan air mata bercucuran,” kisahnya mengenai pertobatannya.
Seminar diakhiri dengan launching buku “Half Time” atau Paruh Waktu versi Indonesia. Ditandai dengan pembukaan selubung buku dan penyerahan secara simbolis buku pertama oleh Indra Kurnia (Yayasan Halftime Indonesia) kepada Mr Han Kiat (Halftime Asia).
Sekadar informasi Halftime Indonesia telah menyelesaikan beberapa kelas Halftime dan lagi membuka kelas baru untuk pemuridan. Nanti akan diadakan enam sesi dengan pertemuan sekali seminggu. Dengan mengikuti kelas maka peserta akan semakin memahami apa kehendak Tuhan yang harus di kita lakukan di paruh waktu dalam kehidupan kita.
Leave a Reply