Pdt. Charles Freddy LT, MM MDiv: Hentikan Covid 19 Gereja harus Berperan dan Dukung Kebijakan Pemerintah
Warningtime.com Jakarta – Mewabahnya Covid 19 di seluruh dunia khususnya Indonesia telah memakan korban meninggal 469 orang dengan 5.000 terpapar positif (15/04), membuat pemerintah pusat memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Penetapan PSBB setingkat lebih tinggi dari himbauan social distancing dan stay at home. Dengan kebijakan ini akan diberlakukan pembatasan cukup ketat. Kondisi ini berdampak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di sisi lain umat kristiani harus membangun sikap empati terhadap warga yang terkena Corona. Jangan ada diskriminasi karena Corona bukan aib atau kutukan Tuhan dan Posisi gereja juga harus membantu.
Menanggapi ganasnya wabah covid 19 dan pemberlakuan PSBB Pdt Charles Freddy LT,MM, MDiv selaku Ketua umum Majelis Pusat Sinode Gereja Bethel Pembaruan Indonesia (GBP) yang baru terpilih pada Munaslub di Kinaasih Resort Cimanggis bulan Oktober 2019 yang lalu, menegaskan sebagai umat dan masyarakat Indonesia harus mengikuti apa yang menjadi aturan main pemerintah, agar tetap tinggal di rumah sosial distancing maupun physical distancing, tetapi sebagai orang beriman harus berdoa dan berserah meminta kekuatan kepada Tuhan.
Pdt. Charles lebih lanjut berujar bahwa apa yang namanya musibah ini bukan secara kebetulan terjadi di republik tercinta ini tetapi dia meyakini pasti ada rencana Tuhan buat negara ini.
“Coba lihat dan perhatian sekarang orang diam dan tenang di rumah, karena banyak yang diam di rumah polusi di Jakarta jadi berkurang, bahkan menurut drastis, pemanasan global juga menurun drastic, air di laut jadi banyak berubah, kalau tadinya warnanya tidak bening sekarang menjadi bening,” saksi bapak yang murah senyum ini.
Artinya akibat virus corona ini menjadi luar biasa sekali, untuk menyadarkan manusia agar menjaga lingkungan, kedepannya nanti agar peduli dan janganlah merasa lebih kuat dengan mengandalkan diri sendiri
Sekarang terbukti seluruh dunia sujud pada Tuhan supaya diredakan semua virus corona dari seluruh dunia, inilah kalau mau melihat sisi-sisi positif dari virus corona ini.
Memang kalau dilihat dari sisi politik pasti berbeda dan lain lagi, demikian juga ketika kita lihat dari sisi ekonomi juga akan lain lagi, mana yang harus kita bicarakan dan berdiskusikan kepada jemaat,.
Nah, seharusnya sebagai hamba Tuhan berbicara sesuai koridor sesuai dengan firman Tuhan. Bagaimana waktu itu menolak sampar seperti yang terjadi di Mesir dan bagaimana mengatasinya, toh semua kembali ke sang pencipta dan penyelamat itu.
Kemudian mengenai apa yang dilakukan dan sikap Gereja Bethel Pembaruan, menyikapi adanya pendemi ini adalah sama dengan sikap pemerintah dengan menyampaikan ke seluruh warga jemaat GBP Indonesia, agar tetap diam di rumah. Maksud duduk diam artinya bukan hanya diam dan duduk tetapi melakukan semua aktifias di dalam rumah.
Tetap bersandar kepada Tuhan adakan mizbah setiap rumah tangga, demikian juga ibadah minggu tetap lakukan dengan streaming seperti itu.
“Saya katakan mengenai aktivitas ibadah tetap biasa, cuma tempat dan situasinya yang berbeda,” ujar hamba Tuhan yang pernah menjadi sekum GBP ini.
Mengamati gereja dalam mengikuti saran pemerintah termasuk di dalamnya saat diberlakukan PSBB ini, gereja tak mengalami kesulitan. Karena gereja mendukung penuh termasuk termasuk GBP Indonesia sendiri.
Menanggapi diberlakukannya PSBB, Charles melihat sangat bagus sekali kalau dilihat dari sisi kesehatan dan rohani. Tetapi persoalannya memang kondisi ini banyak dipolitisir oleh para politikus, dikait-kaitkan dengan ketidakbaikan dan ketidaksempurnaan terhaap kepemimpinan negara, lalu bicara ekonomi terpuruk dan sebagainya, tetapi bagi seorang hamba Tuhan dirinya tak akan berbicara masalah itu karena bukan ranahnya.
Sikap gereja sendiri terhadap orang yang terdampak menurut mantan politisi ini, jelas bahwa sikap gereja itu kasih saling tolong menolong, ketika ada jemaat yang membutuhkan pertolongan otomatis gereja harus ambil bagian, itulah gereja.
Mengenai jemaat yang terdampak gereja yang merupakan tubuh Kristus, kalau ada jemaat yang sakit, yang lain harus membantu. Karena prinsip-prinsip tubuh Kristus itu harus ditetapkan di gereja.
“Barangkali memang mekanisme setiap gereja berbeda, ada yang diberitakan dan diekspos secara besar-besaran ada yang silent ini semua tergantung kebijakan gereja ataupun pimpinannya”, ujarnya serius.
Ibadah secara Online efektif.
Tentang ibadah secara online menurutnya efektif juga, karena mereka sendiri merasakannya. Kenapa, karena ketika jemaat ke luar dari rumah akan mendapatkan konsekuensi dan risikonya, untuk itu mereka tinggal di rumah, malah ada antara mereka meminta agar ada firman baik streaming maupun WA group.
Pendeta Charles mengajak saat di rumah isilah rohani jemaat agar tetap kuat dan tegar menghadapi situasi ini.
Berbicara dampak gereja terhadap kolekte begini, lanjut Charles bahwa selama beribadah di rumah yang berlangsung ada puji-pujian penyembahan dan kotbah atau firman, baginya kolekte itu bukan yang menjadi utama.
Tetapi bagaimana mengutamakan firman itu agar menjadi dasar untuk di mengerti memahami dan kokoh dalam menghadapi situasi ini
“Minimal melalui firman, jemaat tidak ragu, tetap dijaga dan dipelihara dan diberkati”, tandasnya.
Tak dipungkiri memang bahwa gereja juga membutuhkan biaya operasional dan sebagainya, tetapi jangan lupa bahwa Tuhan menjaga dan mencukupkan bagi orang yang takut akan Dia .
“Kalau memang kita dekat dengan Dia pasti akan dicukupkan kebutuhan kita, itu saya sangat percaya dan mengimani itu, hampir satu bulan tidak mengikuti kegiatan kalau dilihat dari ekonomi keuangan kita tidak ada masukan, tetapi bagi saya tak ada persoalan yang penting semua jemaat mengalami sukacita, jemaat terus dikuatkan dan jemaat terus diiisi dengan firman”, bebernya yakin.
Jadi bukan kolektenya tetapi sekali lagi firmanNya, kalau orientasinya ke kolekte pasti ada sungut-sungut dan keluh kesah ada sakit hati dan sebagainya. Tetapi bagi gereja harusnya bagaimana kebenaran firman itu disampaikan. Walaupun kondisinya seperti apapun kebenaran itu harus tetap disampaikan.
Dengan kejadian wabah ini siapapun kita terutama hamba-hamba Tuhan harusnya berhikmat, harus menurut saja apa kata pemerintah. Gereja jangan overacting kalau itu diteruskan apa yang terjadi.
Bagi dirinya seorang pendeta, boleh punya iman tetapi jemaat atau para pengerja dan siapapun yang ada dilingkungan kita belum tentu imannya sama. Oleh sebab itu kenapa harus paksakan terus berkumpul, kita sebagai pemimpin harus bertanggungjawab, jangan memaksakan acara ini harus jalan dan sebagainya.
“Saya punya acara banyak tetapi dengan adanya virus corona ini saya pending, dan saya sampaikan ke cabang-cabang untuk di jadwal ulang, dan mereka mengerti dan tak terjadi apa-apa terhadap jemaat GBP Indonesia ini”, tukasnya bangga.
Berbicara Gereja Bethel Pembaruan sendiri, secara administrative ada di tahun 2010, jadi masuk sepuluh tahun. Sebelumnya ada 176 gereja lokal. Tetapi, sekarang pimpinan mengalami perubahan, banyak anggota gereja mengalami pergeseran, karena ternyata banyak yang datang ujung-ujungnya hanya mencari sesuatu yang menguntungkan.
“Biasa ya ada gereja yang mau bergabung karena motiv akan memperoleh sesuatu, kalau orentasinya pelayanannya seperti itu, akan mundur dan ini benar terjadi di sinodenya” tukas Pdt Charles ketika diminta komentarnya tentang sinode GBP Indonesia.
Sedangkan sekarang ada 67 gereja lokal di bawah kepemimpinannya. Karena banyak yang tergerus situasi tetapi ada plusnya justru lebih kompak dan solid”, tegasnya mantab.
Akhirnya Pdt Carles mengucapkan rasa terimakasihnya kepada tim medis, dokter, perawat, bidan, serta para relawan yang dengan tulus menjadi garda terdepan dalam mengatasi pandemic virus corona ini.
Leave a Reply