Adv. Elsye Christine Nayoan, S.H: Keluarga Benteng Utama Hindari Narkoba
Warningtime.com Jakarta – Sukses seorang suami tak jauh-jauh dari andil istri. Demikian juga dengan Advokat Elsye Christine Nayoan, SH yang sangat berperan besar dalam menopang sukses suami tercinta. Siapa tidak kenal Pendeta Jefry Tambayong, SH, sosok yang selama ini akrab dikenal sebagai pegiat anti narkoba. Sudah 13 tahun berkiprah baik sebagai pendiri dan Ketua GMDM. Namanya sangat dikenal seantero Indonesia. Tidak hanya itu, Jefry juga memegang jabatan sebagai Ketua Presidium FOKAN dan Ketua Dewan Pembina Paguyuban RT/RW Se-Indonesia. Jauh sebelumnya, Jefry bersama istri, merintis pelayanan membuka GBI Bersinar di Jakarta Timur.
“Saya dengan Pak Jefry punya visi ke depan, bicara dalam bingkai Indonesia. Sejak semula kami berdua mempunya visi bagaimana berdampak bagi bangsa. Itu dimulai dari hubungan kita dengan Tuhan,” tutur Elsye Christine yang mengaku bertemu calon suami saat kuliah di Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) Petamburan. Dirinya sendiri sedang kuliah di SMTH yang sama. Segala sesuatunya memang harus ada visi, ini jadi barometor ke depan. Termasuk pendirian gereja, visinya memenangkan banyak jiwa.
“Sudah 22 tahun mengarungi biduk rumah tangga bersama, kami berdua memiliki motto dalam mendirikan gereja, tidak akan pernah tinggal diam, tidak akan menyerah sampai Pondok Kopi (tempat tinggal), Jakarta Timur dan Indonesia dimenangkan Tuhan,” tutur perempuan Minahasa yang baru saja menyelesaikan Pendidikan Lemhanas Angkatan II Virtual dengan lulusan terbaik kedua.
Dalam mewujudkan visi tersebut, kami percaya sudah waktunya Tuhan. Apa pun yang kami lakukan, sekecil apapun aktivitas seperti membuka gereja, JT Law Firm, LBH GMDN, FOKAN dan aktivitas lainnya, semuanya itu bersumber dari gereja. “Ada peluang melayani secara nasional, Pak Jefry, Pak Irjen Arman Depari dan saya akhirnya mendirikan GMDN. Kami bertindak saat itu sesuai dengan visi Tuhan taruh kepada kami,” tutur Christine yang mengaku sangat bersyukur sama Tuhan memiliki suami yang selalu mendukungnya aktif dan maju Bersama, termasuk melanjutkan studi hukum sehingga membuatnya menggeluti dunia advokat.
Visi itu keberadaan Tuhan. Tuhan ijinkan kita untuk menjangkau di luar gereja. Kalau bicara gereja ya pasti hanya sebatas GBI saja. Tapi kalau nasional harus punya sarana lain. Kalau bicara skala nasional dengan hanya mengandalkan gereja kecil, mungkin tidak akan dihiraukan karena orang menilai kemampuan sangat terbatas.
Namun sukses bagi kami adalah bagaimana bermamafaat kepada orang lain. Artinya semakin bermamfaat dan berdampak kepada orang lain. Misalnya kami bisa berdampak pembinaan bidang narkoba, keormasan hingga sekolah hukum. “Saya bersyukur punya suami yang tidak mau sukses sendiri tetapi mengajak istri dan anak-anak untuk maju bersama,” pujinya. Untuk setiap pelayanan yang dilakukan, perempuan berparas ayu ini mengaku pasti banyak tantangan dan kendala, tetapi dengan mengandalkan Tuhan semuanya bisa diatasi.
Kantor hukum Jefry Tambayong (JT) Law Firm yang belum lama dirintis kini sudah diberkati dengan banyak menangani kasus-kasus hukum. Semua yang kami lakukan ini, agar sebagai orang tua bisa mewariskan sesuatu kepada anak-anak. Tentu bukan yang lain tapi lebih ke nama baik. Banyak diwariskan bisa menjangkau semua.
“Saya memang banyak berbuat di belakang Pak Jefry, tampil lebih sebagai konseptor. Motto GMDN Indonesia Bersinar hingga lagu marsnya, saya sendiri yang menciptakan. Semua dimulai dari keluarga kecil. Dengan adanya visi berani memulai dan berani bertindak. Sebagai anak Tuhan tentu harus melihat dari kacamata Tuhan. Bersama Tuhan kami sanggup menyelesaikan segala perkara,” ungkapnya.
Sekedar informasi, sekarang GMDN sudah ada di 34 propinsi. Bahkan, GMDN bisa diterima dengan baik hingga di pesantren. Uniknya, Jefry sekeluarga, bersama istri dan anak-anak kompak dan selalu dilibatkan di setiap pelayanan. Misalnya di GMDN, putranya Steven terjun sebagai kepala penyuluhan.
“Sudah 13 tahun GMDM hadir, kita selalu bikin motivasi. Banyak orang tanya Pak Jefry itu energinya dari mana saja kok bisa melakukan seabrek-abrek aktvitas pelayanan gereja hingga organisasi? Saya selalu bilang itu sumbernya dari energi dari Tuhan dan Roh Kudus. Memang anak-anak selalu dilibatkan, seperti Stenly (putra bungsu) dipercaya mengurusi bisnis cafe dan koperasi bersinar,” jelasnya.
Sebab untuk GMDM sendiri selalu kami sampaikan keluarga ada benteng yang utama. Kami sama sekali tak termotivasi untuk populer. Motivasinya hanya semakin bermamfaat dan semakin berdampak bagi semua orang. Dalam keluarga sudah terbiasa dengan keterbukaan.
“Kami sudah menikah 25 tahun dan sebelumnya pacaran 3 tahun. Pasti sebagai manusia biasa ada potensi untuk jatuh. Tapi puji Tuhan suami saya benar-benar memprotek diri. Dia selalu beraktivitas dengan timnya. Kalau ketemu lawan jenis tidak berdua dan dilakukan tempat terbuka. Dengan demikian keluarga tetap harmonis,” sharingnya berbagi.
Suami istri yang selalu kompak ini, belum lama ini sama-sama menyelesaikan Diklat Lemhanas. Meski sudah lulus dari Lemhanas, Christine bersama suami, mengaku belum tertarik masuk ke politik praktis. Kami masih fokus menjaga visi GMDN, “Bersatu untuk mewujudkan Indonesia Bersinar (bersih narkoba). Kita tidak akan pernah berhenti berjuang.
Diakuinya, bahwa diklat Lemhanas yang dikuti berguna untuk pemantapan-pemantapan pemahaman nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme. Nilai-nilai ini yang ditimba dari Lemhanas. Mengikuti diklat diakuinya berguna untuk mengobarkan semangat nasionalisme kita, semakin mantap dengan berpegang teguh kepada Pancasila. Apalagi tidak semua berkesempatan mengikutinya.
“Saya sendiri masuk Lemhanas sebagai utusan pendiri GMDN dan Pak Jefry sebagai utusan dari FOKAN,” tuturnya.
Ditanya apakah masih ada yang diimpikan yang belum tercapai, wanita yang murah senyum ini mengaku hingga saat ini tidak ada. Baginya sesuatu biar berjalan mengalir dengan pimpinan Tuhan. “Kalau ada yang ingin saya lakukan ke depan pasti Tuhan arahkan. Saya kira simpel saja. Kita hanya perlu mengandalkan Tuhan dalam melangkah, ” ucapnya.
Menanggapi maraknya intoleransi di Indonesia belakangan ini, Elsye Christine Nayoan, S.H mengatakan bahwa di GMDM sendiri menghargai semua pendapat. Hak untuk berpendapat itu dijamin. Mereka boleh setuju boleh tidak setuju. Tetapi yang pasti kita punya satu harapan yang sama yakni melihat Indonesia yang kuat dan maju. Silahkan aspirasi tapi jangan sampai merusak.
“Di GMDN sendiri ini, puji Tuhan, kita bisa masuk ke semua lini. Bahkan GMDN bisa hadir di Bangkalan, Madura. Sebab isu narkoba kan musuh utama bersama. Karena itu, GMDM sangat diterima dimana-mana, kadang membuat lembaga lain iri dengan penerimaan ini,” tukasnya. Bayangkan, seru Christine, kalau sehari 70-80 korban meninggal karena Narkoba maka setahun bisa 80 ribuan. Kalau generasi muda sekarang jatuh korban Narkoba lalu siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan nanti? Makanya selagi masih bisa dicegah dan diperbaiki semua harus bekerja sama. Tentu perlu penegakan hukum yang tegas. Sebagai anak bangsa, kita semua berharap ke depan bangsa ini semakin lebih baik dan jauh dari ancaman narkoba.
Leave a Reply